Dampak Kejatuhan 3 Bank AS Terhadap Pasar Crypto
Bulan Maret 2023 telah menjadi momen bersejarah bagi aset digital. Bagaimana tidak, hanya dalam hitungan hari, tiga lembaga perbankan AS yang memiliki hubungan erat dengan kripto menghadapi kehancuran. Satu melikuidasi sukarela, dan dua lainnya ditutup oleh regulator AS.
Pada 8 Maret, Silvergate Bank mengumumkan niat mereka untuk menutup operasi dan melikuidasi asetnya serta berjanji akan mengembalikan modal secara penuh kepada deposan.
Silicon Valley Bank (SVB) menyusul beberapa hari kemudian. Bank terbesar ke-16 di AS itu ditutup dan asetnya dilimpahkan kepada FDIC pada 11 Maret. Kejatuhan itu tercatat sebagai kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS. Untuk mencegah krisis, Signature Bank New York juga ditutup pada 12 Maret.
Karena banyak perusahaan crypto dan penerbit stablecoin menggunakan bank-bank tersebut, pasar kripto bergejolak selama masa-masa itu.
Mari kita lihat beberapa dampak kejatuhan tiga bank besar AS terhadap pasar crypto!
1. Beberapa Stablecoin Mengalami De-pegging
Stablecoin adalah cryptocurrency yang nilainya stabil karena dipatok ke aset cadangan berupa fiat, emas atau instrumen keuangan lainnya.
Salah satu yang paling terdampak adalah USDC. Circle, penerbit stablecoin tersebut memicu kekhawatiran investor setelah mengumumkan bahwa mereka memiliki simpanan tunai sebesar $3,3 miliar di SVB.
USDC sempat turun ke level terendah $0,88, tapi berhasil kembali ke $0,99 setelah bank sentral AS mengumumkan pendanaan $25 miliar dan menjamin dana nasabah SVB.
Selain USDC, stablecoin lainnya yang mengalami depeg adalah DAI, yang turun $0,89 dari standar $1. GUSD Gemini, dan USDP Paxos juga sedikit menyimpang di bawah $1.
Sementara itu stablecoin BUSD dan USDT tetap stabil. USDT bahkan sempat naik di $1,03 selama akhir pekan. Tampaknya, stablecoin itu dilihat sebagai tempat berlindung yang aman di tengah kekhawatiran meningkatnya krisis di sektor perbankan AS.
Apa yang terjadi pada USDT sedikit mengejutkan. Berdasarkan laporan Glassnode pada pertengahan 2022, dominasi Tether di pasar stablecoin telah mengalami penurunan sejak pertengahan 2020. Namun, setelah kejatuhan tiga bank AS pada pertengahan Maret, dominasi USDT telah naik kembali di atas 57,8%.
2. Pasar Crypto Mengalami Outflow $5,97
Inflow dan outflow adalah indikator yang menunjukkan aliran modal yang masuk dan keluar dari pasar crypto.
Glassnode memperkirakan arus masuk dan keluar modal ke pasar aset digital melalui dua crypto utama yaitu BTC dan ETH, serta stablecoin.
Pada 13 Maret, data Glassnode menunjukkan bahwa crypto memiliki value sekitar $677 miliar. BTC menguasai 56,4% ETH 24,5%, 17,9% di USDT, USDC, dan BUSD, dan sisanya 1,2% di LTC.
Berdasarkan perubahan 30 hari, Februari mengalami inflow modal sebesar +$5,8 miliar. Ini adalah pembalikan arus pertama sejak April 2022, di mana selama beberapa bulan terjadi outflow secara terus menerus.
Sayangnya, pasar aset digital kembali mengalami arus keluar selama bulan Maret, yaitu -$5,97 miliar. Ini diduga didorong oleh kejatuhan tiga bank AS.
Saat berita kegagalan Silicon Valley Bank melanda, investor menarik banyak BTC dan ETH. Sekitar 0,144% dari suplai BTC, dan 0,325% ETH yang beredar ditarik dari cadangan exchange. Glassnode mencatat bahwa pola respons yang sama terlihat selama kejatuhan FTX.
3. Lebih $89 Juta Dilikuidasi di Pasar Future
Pada 9 Maret, harga Bitcoin terperosok di bawah $20.000. Beberapa investor di pasar future tampaknya terlalu cepat open posisi long. Akibatnya sekitar $85 juta posisi long BTC dilikuidasi.
Selanjutnya pergolakan harga BTC yang tidak bisa ditebak menyebabkan sekitar $19 juta posisi short juga dilikuidasi di atas $22 ribu, karena BTC terus menguat.
Likuidasi di pasar berjangka ETH juga tercatat ekstrem. Lebih dari $48 juta short dilikuidasi ketika coin ini berhasil rebound di atas $1.600.