Mining Difficulty Bitcoin Mencapai ATH Baru, Apa Efeknya Bagi BTC?
Mining difficulty Bitcoin meningkat dan menyentuh all-time high (ATH) pada hari Kamis (18/05). Berdasarkan data dari BTC.com, mining difficulty Bitcoin melonjak sebesar 3,22% dan mencapai 49,55 triliun pada ketinggian blok 790.272. Data ini diperbaharui kira-kira setiap dua minggu, atau setiap 2.016 blok.
Mining difficulty adalah tingkat kesulitan yang harus dihadapi oleh miner untuk memverifikasi transaksi di sebuah blok. Ini merupakan aspek penting dari blockchain, karena bisa berdampak pada profitabilitas penambangan, hashrate jaringan dan juga harga BTC.
Menurut data, hashrate Bitcoin berada di sekitar 368,5 exahash per detik pada hari Rabu, naik dari 350,8 exahash pada 4 Mei.
Kesulitan menambang Bitcoin biasanya meningkat ketika lebih banyak penambang yang bergabung dalam jaringan. Dengan demikian, angka difficulty yang semakin tinggi mencerminkan meningkatnya persaingan di arena penambangan.
Selain itu, ini juga berarti bahwa penambang membutuhkan kapasitas komputasi yang lebih tinggi untuk bisa menambahkan blok baru ke rantai. Oleh karena itu penyesuaian kesulitan penambangan sangat berkorelasi dengan ukuran daya komputasi yang digunakan untuk penambangan.
Efek Mining Difficulty Terhadap Harga BTC
Salah satu yang dikhawatirkan jika terjadi peningkatan mining difficulty adalah efeknya terhadap tingkat keuntungan para penambang. Untungnya, kekhawatiran itu tidak terjadi karena pendapatan penambang telah meningkat selama tiga hari terakhir, berdasarkan data dari Glassnode.
Meskipun pendapatan miner bertambah, data on-chain menunjukkan bahwa penambang enggan untuk melakukan holding dalam beberapa hari terakhir. Cadangan penambang juga telah menyusut.
Namun demikian, harga BTC masih bergerak dalam pola yang relatif sideways, karena permintaan yang rendah dan tekanan jual yang rendah pula.
Harga BTC pada saat ini adalah $26,868, dan volume perdagangannya adalah $14 miliar, menurun 4% dalam 24 jam.