
Pengacara Argentina Ajukan Red Notice Interpol untuk Founder Token $LIBRA
Skandal token LIBRA telah memasuki babak baru setelah pihak berwenang Argentina mengajukan perminatan red notice dari Interpol untuk salah satu pencipta token tersebut, Hayden Davis.
Menurut laporan media lokal Página12 pada hari Rabu (13/3), pengacara Gregorio Dalbón secara resmi meminta pengadilan Argentina untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional, dengan alasan bahwa Hayden berisiko melakujan pelarian dan menghindari hukum karena kekayaannya yang besar dan jaringannya yang luas di seluruh dunia.
Dalbon berpendapat bahwa Davis memainkan peran kunci dalam kebangkitan dan keruntuhan token tersebut, menggunakan koneksi politik untuk memicu sensasi spekulatif sebelum kejatuhannya yang tiba-tiba.
Dalbón berargumen bahwa Hayden terlalu berbahaya untuk tetap bebas karena kemampuannya untuk berpindah tempat dan menghambat jalannya kasus.
"Dengan besarnya skandal ini dan kerugian signifikan yang dialami investor, jelas ada risiko hukum jika Hayden tetap bebas," tulis Dalbón dalam dokumen pengadilan.
Saat ini, Hayden belum ditahan, tetapi ia akhirnya muncul setelah menghilang selama empat minggu, mengumumkan bahwa dirinya akan hadir di pengadilan dan telah menunjuk tim hukum baru.
Hayden dilaporkan tengah berdiskusi dengan dua pengacara ternama, Marcos Salt dan Natalia Sergi, meskipun mereka belum secara resmi dikontrak. Dalam pernyataan singkat, tim hukum Hayden bersikeras bahwa dirinya "tidak melakukan kesalahan apa pun."
Namun, pernyataan ini bertentangan dengan wawancaranya di Coffeezilla pada Februari lalu, di mana ia secara terbuka mengakui terlibat dalam sedikitnya lima kejahatan internasional.
Dalam siaran langsung dengan Dave Portnoy, Hayden juga mencoba meremehkan tuduhan tersebut. "Saya hanya mengelola dana yang seharusnya untuk pemerintah atau setidaknya untuk Argentina," katanya. Ia juga menegaskan, "Saya tidak pernah membayar mereka, dan mereka juga tidak pernah meminta pembayaran."
Presiden Javier Milei Dituding Terlibat dalam Promosi $LIBRA
Nama Presiden Javier Milei ikut terseret dalam skandal ini setelah ia mempromosikan $LIBRA di akun media sosialnya, menjanjikan kebangkitan ekonomi bagi rakyat Argentina melalui koin tersebut. Namun, proyek ini dengan cepat runtuh setelah Milei menghapus unggahannya, menyebabkan jutaan dana investor lenyap dalam pola penipuan rug pull.
Meskipun demikian, Milei tetap bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah, bahkan ketika Hayden mengakui bahwa mereka bekerja sama dalam proyek tersebut. Dalam sebuah pernyataan Februari lalu, Kelsier Ventures, perusahaan yang didirikan oleh Hayden, menyatakan:
"Presiden Milei secara aktif mempromosikan $LIBRA sebelum tiba-tiba menarik dukungannya. Keputusan ini diambil secara mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya dan bertentangan langsung dengan jaminan sebelumnya."
Tekanan hukum juga menimpa saudari Milei, Karina Milei, yang dituduh menerima pembayaran dari Hayden untuk mempromosikan $LIBRA. Namun, Hayden kini menyangkal tuduhan tersebut, meskipun ia sendiri yang pertama kali menyampaikan klaim tersebut.
"Laporan media yang menyebut saya membayar Presiden Javier Milei atau saudari beliau, Karina Milei, untuk meluncurkan koin meme $LIBRA sepenuhnya tidak benar," kata Hayden. Ia juga menambahkan, "Tujuan kami adalah mengambil cukup banyak likuiditas agar para 'sniper' keluar."
Investor Tuntut Keadilan, Milei dan Hayden Dituding Bertanggung Jawab
Runtuhnya $LIBRA telah memicu gelombang tuntutan hukum dari ribuan investor yang merasa tertipu.
Gugatan pertama diajukan oleh Claudio Lozano, bersama pengacara Jonatan Baldiviezo dan Marcos Zelaya, yang kemudian memicu serangkaian tuntutan lain. Beberapa tokoh yang ikut mengajukan tuntutan tambahan termasuk Dalbón, anggota parlemen Itaí Hagman, dan aktivis Juan Grabois.
Salah satu investor yang merasa dirugikan adalah Martín Romeo, seorang analis kripto dan pendukung kampanye Milei. Ia telah menginvestasikan dananya di $LIBRA dan merekomendasikan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Setelah kehilangan seluruh investasinya, Romeo mendatangi Hakim María Servini untuk diakui sebagai penggugat, dengan membawa bukti transaksi di pengadilan.
Namun, Servini menolak permohonannya dengan alasan bahwa belum jelas apakah kasus ini merupakan penipuan atau bentuk kejahatan keuangan lainnya. Sebaliknya, Hakim Sandra Arroyo Salgado menerima kesaksian Romeo, yang berpotensi memperumit sengketa yurisdiksi dalam kasus ini.