Peter Thiel vs Michael Saylor: Strategi Treasury Kripto atau Gelembung?
Miliarder teknologi Peter Thiel dan Michael Saylor semakin dalam masuk ke dunia kripto dengan strategi perusahaan treasury yang berbeda. Namun, sejumlah pengamat finansial menilai langkah mereka bisa membawa risiko besar bagi perusahaan maupun pasar kripto secara keseluruhan.
Baik Thiel maupun Saylor sama-sama menggelontorkan modal besar ke dalam Bitcoin (BTC) dan aset digital lain melalui perusahaan serta kendaraan investasinya. Saylor, lewat perusahaannya Strategy (sebelumnya MicroStrategy), rutin membeli Bitcoin bernilai miliaran dolar. Sementara Thiel berinvestasi melalui venture capital, termasuk dana Founders Fund dan bursa kripto Bullish yang baru saja melantai di bursa pada Agustus.
Keduanya tidak hanya berusaha memperbesar kepemilikan aset, tetapi juga memengaruhi arah regulasi industri kripto global. Meski begitu, perbedaan strategi investasi mereka membuat muncul pertanyaan besar: apakah model crypto treasury ini peluang nyata atau justru awal dari “death spiral” ketika harga kripto jatuh?
Strategi Kripto Michael Saylor: All-in ke Bitcoin
Michael Saylor, pendiri dan chairman Strategy, dikenal dengan strategi yang dijuluki “infinite money glitch.”
Strategi ini berjalan dengan cara menerbitkan saham atau obligasi berbasis ekuitas untuk membeli Bitcoin, lalu menahannya di neraca perusahaan. Biasanya, penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham, tetapi pembelian besar-besaran Bitcoin justru mendorong harga BTC naik dan otomatis meningkatkan valuasi Strategy. Dengan valuasi yang lebih tinggi, perusahaan bisa menerbitkan lebih banyak utang—dan siklus ini terus berulang.
Model ini membuat Strategy menjadi pelopor “Bitcoin treasury company”, diikuti oleh ratusan perusahaan publik lain. Fokus Saylor jelas: akumulasi Bitcoin sebanyak mungkin. Ia bahkan menyebut Bitcoin sebagai “kawanan lebah siber yang melayani dewi kebijaksanaan” dan percaya bahwa AS harus menjadikan Bitcoin sebagai cadangan nasional demi mempertahankan kekuatan global.
Strategi Peter Thiel: Diversifikasi dan Lebih Hati-Hati
Berbeda dengan Saylor, Peter Thiel memilih strategi yang lebih terdiversifikasi. Pada Februari 2025, Founders Fund menggelontorkan $100 juta ke Bitcoin dan $100 juta lagi ke Ethereum (ETH).
Selain itu, Founders Fund memiliki saham di berbagai perusahaan terkait kripto, termasuk ETHZilla dan BitMine Immersion Technologies. Thiel juga mendukung Bullish Exchange, yang go public dengan valuasi $1,15 miliar menggunakan stablecoin seperti USDC dan PYUSD.
Meski optimis terhadap pertumbuhan industri kripto, Thiel tetap skeptis pada Bitcoin. Ia pernah menyebut BTC berpotensi menjadi “senjata finansial China” untuk melemahkan dolar AS, sehingga AS perlu lebih kritis terhadap implikasi geopolitiknya.
Crypto Treasury: Inovasi atau Gelembung yang Siap Pecah?
Model Bitcoin treasury ala Saylor kini mulai kehilangan daya tarik. Strateginya yang sederhana—menghimpun modal, mengonversi ke Bitcoin, lalu menunggu apresiasi harga—membuat perusahaan sangat rentan terhadap volatilitas pasar kripto.
Jika harga BTC turun mendekati nilai aset bersih (NAV) per saham, buffer valuasi perusahaan bisa runtuh. Hal ini dapat memicu “death spiral”: kapitalisasi pasar menyusut, akses modal hilang, dan ketika utang jatuh tempo, perusahaan terpaksa melakukan likuidasi.
Saat ini, NAV Strategy tercatat 1,4 kali harga sahamnya—turun signifikan dibanding Februari lalu. Meski begitu, Saylor tetap agresif. Pada akhir Agustus, Strategy membeli 3.081 BTC senilai $356,9 juta.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa crypto winter pasti datang. Pertanyaannya: strategi siapa yang akan bertahan lebih lama—model diversifikasi Thiel atau agresi all-in Bitcoin ala Saylor?