
Scammer Ciptakan Token Palsu untuk Menjebak AI Trading Bot
Firma keamanan blockchain CertiK mengungkapkan bahwa para scammer kini mengubah taktik mereka dengan menargetkan bot perdagangan otomatis (AI trading bots). Taktik baru ini terungkap setelah skandal meme coin LIBRA, di mana orang dalam memiliki akses awal terhadap mekanisme peluncuran token.
Kepala Keamanan CertiK, Kang Li, menjelaskan bahwa beberapa smart contract kini sengaja dirancang untuk mengecoh bot perdagangan otomatis. "Target yang mereka incar sekarang adalah AI trading bots," kata Li.
Metode smart contract sniping memungkinkan bot untuk memantau aktivitas on-chain dan mendeteksi peluncuran token baru sebelum investor manusia dapat bereaksi. Bot ini langsung melakukan transaksi begitu likuiditas tersedia.
Namun, scammer kini menciptakan token palsu dengan celah tersembunyi (backdoor), sehingga tampak aman bagi bot AI yang dirancang untuk mendeteksi risiko keamanan.
"Meskipun bot AI ini tidak bodoh dan mereka menganalisis token untuk memastikan adanya fitur perlindungan dari rug pull, scammer justru memanfaatkan ini sebagai jebakan," jelas Li.
Begitu token palsu dirilis, para penipu segera mempromosikannya di komunitas AI trading. "Begitu ada beberapa pembelian, mereka langsung melakukan rug pull," tambahnya.
Li menyoroti bahwa skema ini telah terjadi dalam skala besar dan berpotensi menyebabkan kerugian hingga puluhan juta dolar. Dengan minimnya risiko hukum, para scammer terus mengincar bot perdagangan tanpa takut konsekuensi hukum.
"Penegakan hukum dan regulasi? Tidak ada yang peduli tentang itu," ujar Li.
Meskipun ada solusi teknis untuk mengatasi sniping, penerapannya sering kali menciptakan celah keamanan baru.
Pendiri BitLayer, Charlie Hu, menjelaskan bahwa beberapa pengembang telah mencoba menerapkan solusi anti-sniping di lapisan smart contract dengan mendeteksi transaksi dan pembayaran gas yang mencurigakan. Namun, banyak tim yang menghindari perlindungan ini.
"Jika pengembang membuatnya sepenuhnya permissionless, mereka justru memberi celah bagi para scammer untuk tetap beroperasi," kata Hu.