
Tren dan Proyeksi Pasar Tokenisasi RWA untuk Tahun 2025
Proses tokenisasi dimulai dengan penyusunan kesepakatan, di mana aset seperti properti, obligasi, atau dana ekuitas swasta diidentifikasi dan diatur secara hukum. Biasanya, aset ini dimiliki oleh Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu entitas hukum khusus yang dirancang untuk melindungi hak investor.
Setelah aspek hukum disiapkan, aset tersebut memasuki fase digitalisasi dan direkam di blockchain. Smart contract kemudian digunakan untuk mengotomatisasi berbagai proses seperti pemeriksaan kepatuhan, pembayaran dividen, dan pemungutan suara pemegang saham. Otomasi ini mengurangi biaya administrasi serta meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem.
Saat distribusi awal, token diterbitkan kepada investor sebagai imbalan atas modal yang mereka investasikan. Proses ini mirip dengan penawaran umum perdana (IPO) versi digital. Investor yang telah melewati pemeriksaan Know Your Customer (KYC) akan menerima token yang mewakili kepemilikan sebagian dari aset tersebut, sekaligus mendapatkan akses langsung ke catatan investasi berbasis blockchain yang transparan dan aman.
Setelah penerbitan awal, token dikelola melalui aktivitas pasca-tokenisasi, termasuk pembagian dividen, perubahan kepemilikan, dan pemungutan suara pemegang saham yang semuanya diotomatisasi oleh smart contract. Platform perdagangan sekunder juga memberikan likuiditas tambahan bagi investor yang ingin menjual token mereka, memungkinkan mereka untuk keluar dari investasi dalam hitungan detik, dibandingkan dengan metode tradisional yang bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Revolusi Kelas Aset melalui Tokenisasi
Tokenisasi tidak terbatas pada satu jenis aset saja. Teknologi ini dapat diterapkan pada berbagai jenis instrumen keuangan, mulai dari real estat, instrumen utang, hingga kredit karbon.
Salah satu inovasi terbesar adalah tokenisasi utang, yang mengubah cara obligasi dan pinjaman diperdagangkan. Dengan merepresentasikan obligasi atau pinjaman sebagai token digital, penerbit dapat menyederhanakan perdagangan dan meningkatkan likuiditas aset yang sebelumnya sulit diperjualbelikan.
Contoh nyata dari tren ini adalah Bank Investasi Eropa (EIB), yang menerbitkan obligasi digital senilai 100 juta euro di blockchain Ethereum. Langkah ini menegaskan bahwa tokenisasi semakin memodernisasi instrumen keuangan tradisional.
Sektor manajemen dana juga mengalami perubahan besar. Franklin Templeton’s OnChain US Government Money Fund, misalnya, menggunakan teknologi blockchain untuk memproses transaksi dan mengelola kepemilikan saham dana investasi.
Menurut Security Token Market, lebih dari $50 miliar aset dari berbagai kelas telah ditokenisasi pada akhir 2024, dengan $30 miliar berasal dari sektor real estat. Dengan semakin banyaknya institusi yang mengadopsi teknologi blockchain, angka ini diperkirakan akan meningkat drastis pada 2025.
Masa Depan Tokenisasi pada 2025
Tokenisasi bukan lagi sekadar konsep teori atau sektor yang tidak menguntungkan, tetapi telah diuji dan disempurnakan untuk mengubah lanskap keuangan global. Dengan proses yang lebih efisien, peningkatan likuiditas, serta akses yang lebih luas bagi investor, teknologi ini membuka peluang investasi yang sebelumnya sulit dijangkau.
Sepanjang 2025, adopsi tokenisasi diperkirakan akan semakin meluas di berbagai kelas aset, terintegrasi lebih dalam dengan platform DeFi, serta menghadirkan inovasi baru dalam pasar tokenisasi.