
170 WNI yang Dipaksa Melakukan Penipuan Crypto Diselamatkan dari Filipina
Lebih seribu korban perdagangan manusia telah diselamatkan di Filipina, setelah disekap dan dipaksa menjalankan penipuan crypto secara online.
Polisi Nasional Filipina mengatakan, korban berjumlah 1.090 orang, dan berasal dari beberapa negara Asia, termasuk Vietnam (389 orang) dan China (307 orang) dan Indonesia (170 orang). Korban lain berasal dari Hong Kong, Nepal, Malaysia, Thailand, Taiwan, Myanmar dan Filipina.
Mereka diperdagangkan ke negara tersebut dengan iming-iming pekerjaan. Menurut laporan media lokal, para korban ditawari pekerjaan online, penerbangan gratis, dan akomodasi. Namun, setibanya di negara itu, paspor mereka disita. Selanjutnya, mereka dipaksa bekerja hingga 18 jam sehari. Mereka akan menghadapi pemotongan gaji jika beristirahat.
Juru bicara anti-cybercrime Polisi Nasional Filipina, Michelle Sabino mengatakan bahwa para pekerja ini dilatih untuk membujuk orang asing agar membeli aset crypto atau menyetor uang ke rekening bank palsu setelah menggoda mereka dan menjalin hubungan romantis palsu.
Selain menyelamatkan para korban, polisi juga menangkap setidaknya 12 tersangka. Mereka termasuk tujuh orang China, empat orang Indonesia dan seorang warga Malaysia.
Para scammer ini diyakini berafiliasi dengan Colorful and Leap Group, entitas yang diduga terlibat dalam aktivitas penipuan crypto. Mereka semua akan didakwa dengan perdagangan manusia.
Penipuan masih terus membayang-bayangi industri crypto. Menurut firma keamanan blockchain CertiK, penipuan crypto mengakibatkan kerugian lebih dari $100 juta pada bulan April.
20 WNI Diselamatkan dari Myawaddy
Pada hari Minggu, sebanyak 20 WNI yang diperdagangkan ke Myanmar, juga berhasil diselamatkan.
Menurut laporan CBS News, para korban telah ditawarkan pekerjaan bergaji tinggi di Thailand. Tapi mereka malah diperdagangkan ke Myawaddy, Myanmar, dekat perbatasan Thailand. Di sana, mereka diperintahkan melakukan penipuan dunia maya untuk situs web atau aplikasi crypto.
Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok dilaporkan bekerja sama dengan pihak berwenang Thailand untuk memulangkan para korban ke Indonesia.
Para korban berhasil diselamatkan setelah sebuah video yang dibuat oleh salah satu korban menjadi viral di media sosial bulan lalu.
Video itu menunjukkan puluhan orang Indonesia berwajah muram di sebuah kamar asrama. Mereka meminta bantuan pemerintah untuk keluar dari "zona perang" di mana mereka melihat kekerasan hampir setiap hari.
"Tolong bantu kami kembali ke Indonesia, karena hidup kami di sini sangat sengsara dan terancam," kata salah satu orang. Dia juga menjelaskan bagaimana mereka dipindahkan dari satu perusahaan ke perusahaan lain selama delapan bulan terakhir sebelum terdampar di Myawaddy.
Korban mengatakan mereka disiksa dengan dipukul dan disetrum jika gagal mencapai target kerja tertentu.