Annabelle Huang: Adopsi Institusional Terhambat Bottleneck Blockchain
Gelombang baru adopsi institusional kripto mulai terlihat ketika perusahaan fintech besar membangun blockchain mereka sendiri.
Aplikasi layanan keuangan Robinhood baru-baru ini mengumumkan pembangunan blockchain layer-2 untuk mendukung saham tokenisasi dan aset dunia nyata (RWA). Menyusul, Stripe memperkenalkan rencana untuk Tempo, blockchain pembayaran yang dikembangkan bersama Paradigm.
“Ini baru awal, dan akan banyak lagi yang datang,” ujar Annabelle Huang, co-founder Altius Labs, dalam wawancara dengan Cointelegraph. Menurutnya, fintech di Asia, Amerika Latin, dan pasar berkembang lainnya yang telah meneliti ini bertahun-tahun kini bersiap untuk melangkah lebih jauh.
Bottleneck Eksekusi: Tantangan Utama Adopsi Kripto oleh Institusi
Huang, yang pernah membantu membesarkan Amber Group menjadi penyedia likuiditas kripto terbesar di Asia, menyebut masalah utama adopsi institusional adalah “execution bottleneck.”
Pasalnya, perusahaan Wall Street bertransaksi dalam hitungan mikrodetik, sementara blockchain masih berjalan dalam hitungan detik atau milidetik. Ethereum hanya memproses ±15 transaksi per detik dengan block time 12 detik, sedangkan Solana punya block time 400 milidetik dengan ribuan transaksi per detik. Angka ini masih jauh dari standar infrastruktur keuangan tradisional.
Untuk mengatasi hal ini, Altius Labs tengah mengembangkan modular execution layer yang bisa diintegrasikan langsung ke blockchain yang ada. Tujuannya: meningkatkan throughput tanpa perlu membangun ulang arsitektur blockchain.
Huang menegaskan, pendekatan ini berbeda dari sekadar membangun sidechain atau layer-2 baru, melainkan memperdalam modularitas di lapisan eksekusi. Dengan begitu, Web3 bisa mendekati performa Web2 tanpa mengorbankan sifat desentralisasi.
Adopsi Institusional Lewat ETF dan Treasury Bitcoin
Meski infrastruktur teknis belum sempurna, Wall Street tidak menunggu untuk masuk ke dunia aset digital. Banyak investor besar mengambil eksposur melalui exchange-traded funds (ETF) atau strategi Bitcoin treasury perusahaan.
Contoh paling terkenal adalah MicroStrategy, yang menjadikan perusahaannya proxy leverage untuk Bitcoin dengan akumulasi besar-besaran. Strategi ini sering dibandingkan dengan ETF Bitcoin, namun menurut Huang, investor masih lebih memilih MicroStrategy karena biaya dasar lebih rendah dan penggunaan obligasi konversi untuk leverage.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa strategi Bitcoin treasury bisa berisiko, terutama bagi investor ritel, karena tidak semua perusahaan memiliki struktur yang sama.
Fintech Blockchain: Fase Berikutnya dari Adopsi Institusional
Menurut Huang, langkah fintech seperti Robinhood dan Stripe yang membangun blockchain sendiri menandai era baru adopsi institusional. Jika dulu sekadar menambahkan ticker kripto ke aplikasi trading, kini mereka mengintegrasikan aset digital langsung ke infrastruktur inti mereka.
Ekosistem pendukung juga berubah. OTC desk, yang dulu hanya sebagai pintu masuk rahasia bagi hedge fund membeli Bitcoin, kini berevolusi menjadi penyedia likuiditas yang lebih transparan dan teregulasi.