Chat Control Uni Eropa Bergantung Pada Kebijakan Jerman
Keputusan Jerman akan menjadi penentu dalam voting Dewan Uni Eropa terkait rancangan undang-undang kontroversial EU Chat Control yang dapat mengubah lanskap privasi digital di Eropa.
Rancangan ini, yang diajukan Denmark, berpotensi menghapus enkripsi pesan dengan mewajibkan layanan seperti Telegram, WhatsApp, dan Signal membuka akses bagi regulator untuk menyaring pesan sebelum dienkripsi dan dikirim.
Saat ini, 15 negara anggota Uni Eropa telah menyatakan dukungan, namun jumlah populasi pendukung belum mencapai 65% dari total UE, sehingga suara tambahan sangat dibutuhkan.
Jerman Jadi Faktor Penentu
Dengan populasi lebih dari 83 juta jiwa, dukungan Jerman akan membawa total populasi negara pendukung Chat Control menjadi sekitar 322 juta, atau 71% dari Uni Eropa. Tanpa Jerman, dukungan lima negara lain (Estonia, Yunani, Luksemburg, Rumania, dan Slovenia) masih tidak cukup.
Namun, banyak anggota Parlemen Jerman (MEP) menentang regulasi ini, termasuk dari partai Bündnis 90/Die Grünen (hijau) dan Alternative für Deutschland (sayap kanan). Sementara itu, sebagian besar anggota dari Sosial Demokrat, Kristen Demokrat, dan CSU masih belum menentukan sikap.
Apa Itu Chat Control?
Regulasi “Chat Control” atau Regulation to Prevent and Combat Child Sexual Abuse (CSA) pertama kali diperkenalkan oleh Komisioner Urusan Dalam Negeri Eropa, Ylva Johansson, pada 2022. Tujuannya adalah mencegah penyebaran konten eksploitasi seksual anak (CSAM) secara online dengan cara menyaring pesan sebelum dienkripsi.
Jika disahkan, Chat Control bisa melemahkan privasi digital warga UE dan membuka celah keamanan yang dapat dieksploitasi peretas, negara pesaing, hingga kelompok teroris.
Kritik dari Aktivis & Akademisi
Banyak pihak menentang rancangan ini, mulai dari aktivis hak digital, akademisi, hingga anggota parlemen Eropa.
-
Emmanouil Fragkos, anggota parlemen asal Yunani, menilai Chat Control menimbulkan kekhawatiran serius terhadap hak-hak fundamental di UE.
-
Oliver Laas, dosen filsafat di Tallinn University, menyebut regulasi ini berpotensi membuka jalan kemunduran demokrasi.
-
400 ilmuwan internasional dalam surat terbuka menyatakan deteksi otomatis berpotensi menghasilkan false positive dalam jumlah besar, sehingga justru membebani aparat penegak hukum.
Selain itu, Pusat Penelitian Teknologi Informasi FZI menegaskan bahwa meskipun tujuannya mulia, implementasi Chat Control akan melemahkan hak privasi dan efektivitas enkripsi itu sendiri.
Dampak Bagi Privasi Digital di Eropa
Jika Chat Control berlaku, setiap pesan di platform terenkripsi bisa diperiksa sebelum terkirim. Hal ini berarti:
-
Privasi komunikasi pribadi berpotensi hilang.
-
Jutaan warga Eropa bisa terdampak meski tidak melakukan pelanggaran.
-
Aparat kepolisian mungkin kewalahan dengan data palsu hasil deteksi.
Keputusan final akan dibahas pada 12 September dan voting akan dilakukan 14 Oktober 2025. Dunia digital Eropa kini menunggu: apakah Uni Eropa akan memperkuat privasi, atau justru membuka era baru pengawasan massal.