Harga Bitcoin Mencapai ATH di Argentina, Turki dan Mesir
Harga Bitcoin mencapai all-time high (ATH) atau titik harga tertinggi baru di beberapa negara, termasuk Argentina, Nigeria, Turki, Laos, dan Mesir pada 23-24 Oktober.
Namun secara global, harga Bitcoin masih berada di level US$34.068, yang berarti 50% lebih rendah dari ATH US$69.044 yang dicapai pada November 2021.
Lantas apa yang menyebabkan lonjakan nilai Bitcoin di negara-negara tersebut? Jawabannya adalah inflasi, ditambah kenaikan harga Bitcoin sebesar 16% baru-baru ini. Karena nilai mata uang di negara-negara ini mengalami devaluasi terhadap dolar, maka otomatis harga Bitcoin menjadi lebih mahal dalam mata uang lokal mereka.
Nilai mata uang Nigeria (Naira) dan mata uang Turki (Lira) terhadap dolar AS telah turun ke titik terendah pada tanggal 24 Oktober dan 25 Oktober. Sementara itu, nilai peso Argentina terhadap dolar AS turun 0,85% dari titik terendah sepanjang masa.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), bolivar Venezuela saat ini memiliki tingkat inflasi tahunan tertinggi yaitu 360%, diikuti oleh dolar Zimbabwe (314%), pound Sudan (256%) dan peso Argentina (122%).
Lira Turki dan naira Nigeria berada di peringkat keenam dan ke-15 dengan tingkat inflasi tahunan masing-masing sebesar 51% dan 25%, menurut data IMF.
Pengamat kripto telah lama melihat aset digital, seperti Bitcoin dan stablecoin, sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi yang meroket, dan angka-angka terkini dapat memperkuat narasi tersebut.
Menurut laporan Chainalysis yang diterbitkan pada 12 September, Nigeria, Turki, dan Argentina memiliki tingkat adopsi aset kripto tertinggi kedua, ke-12, dan ke-15 di seluruh dunia,. Namun, pemerintah negara-negara ini tidak begitu ramah dengan industri kripto.
Di Nigeria, bank sentralnya melarang bank lokal menyediakan layanan pertukaran aset kripto pada Februari 2021. Namun, negara ini telah mengalami kemajuan dan akhirnya menjadi lebih ramah terhadap kripto. Pada bulan Desember 2022, Nigeria mengumumkan niatnya untuk mengesahkan undang-undang yang mengakui mata uang kripto sebagai “modal untuk investasi,” dengan alasan perlunya mengikuti praktik global.
Sementara itu di Turki, meskipun negara ini merupakan rumah bagi beberapa orang yang paling penasaran dengan kripto, bank sentralnya melarang pembayaran kripto untuk barang dan jasa pada bulan April 2021. Turki juga sedang mengerjakan mata uang digital bank sentral (CBDC) untuk mendigitalkan lira Turki.
Sementara itu, krisis inflasi Argentina dapat dipengaruhi oleh hasil pemilihan presiden pada bulan November, dimana calon presiden Javier Milei akan menghadapi pesaingnya Sergi Massa dalam pemilihan putaran kedua pada 19 November.
Massa, yang saat ini menjabat sebagai menteri perekonomian negara tersebut, ingin Argentina meluncurkan CBDC “sesegera mungkin” untuk “menyelesaikan” krisis inflasi yang telah berlangsung lama di negara tersebut.
Ia juga menyuarakan niatnya untuk menjauhkan dolar AS dari masyarakat Argentina, dan menjelaskan bahwa masyarakat Argentina seharusnya menjadi “patriot” dan membela peso Argentina. Di sisi lain, Milei ingin mengadopsi dolar AS.