
Infrastruktur Data Saat Ini Mengancam Masa Depan DeFi
Industri blockchain menghadapi krisis yang diciptakan sendiri. Meskipun kita sering membanggakan kecepatan transaksi teoretis dan desentralisasi, infrastruktur data kita masih menggunakan teknologi lawas dari tahun 1970-an. Jika aplikasi Web2 akan gagal dengan waktu muat 20 detik, mengapa kita masih menerima keterlambatan yang sama di Web3?
Dengan 53% pengguna meninggalkan situs web setelah tiga detik waktu muat, keterlambatan dalam industri ini menjadi ancaman nyata bagi adopsi DeFi.
Lambatnya Transaksi: Bukan Hanya Masalah Pengguna
Masalah utama bukan hanya pengalaman pengguna yang buruk. Blockchain berperforma tinggi seperti Aptos mampu memproses ribuan transaksi per detik, namun data mereka masih diakses menggunakan “Frankenstein Indexers”—sistem yang disusun dari alat seperti Postgres dan Kafka, yang tidak dirancang untuk kebutuhan unik blockchain.
Biaya Tersembunyi dari Teknologi yang Usang
Konsekuensinya jauh lebih besar daripada sekadar keterlambatan:
Tim pengembang harus memilih antara membangun infrastruktur sendiri (yang bisa menyerap hingga 90% sumber daya pengembangan) atau menerima keterbatasan sistem saat ini.
Semakin cepat blockchain beroperasi, semakin terlihat keterbatasan infrastruktur data yang ada.
Dalam kondisi nyata, ketika market maker melakukan arbitrase lintas-chain, mereka harus bersaing bukan hanya dengan trader lain, tetapi juga melawan keterbatasan infrastruktur mereka sendiri. Setiap milidetik yang terbuang berarti peluang yang hilang dan kerugian finansial.
Saat ini, perusahaan perdagangan besar mengoperasikan ratusan node hanya untuk mempertahankan kecepatan reaksi yang kompetitif. Ini membuktikan bahwa bottleneck dalam infrastruktur data adalah titik kegagalan kritis ketika pasar membutuhkan performa maksimal.
Pendekatan indexing saat ini lebih mirip agregator data yang hanya cocok untuk penggunaan dasar tetapi gagal menangani perubahan status blockchain secara real-time di jaringan berkecepatan tinggi.
Membutuhkan Arsitektur Data yang Baru
Solusi untuk masalah ini bukan sekadar meningkatkan infrastruktur yang ada, tetapi merombak total cara kita menangani data blockchain.
- Sistem generasi berikutnya harus mendorong data langsung ke pengguna, bukan mengandalkan akses terpusat melalui database tradisional.
- Pemrosesan data harus dilakukan secara lokal untuk memastikan latensi rendah yang sesungguhnya.
- Setiap titik data harus memiliki asal yang dapat diverifikasi, dengan timestamp dan bukti untuk memastikan keandalan serta mengurangi risiko manipulasi.
- Dengan blockchain yang semakin cepat dan biaya gas yang lebih murah, produk keuangan kompleks seperti derivatif akan semakin berkembang di jaringan on-chain. Saat ini, penemuan harga (price discovery) masih terjadi di bursa terpusat, tetapi dalam waktu dekat, protokol derivatif akan menjadi pusat utama price discovery di DeFi.
Transisi ini membutuhkan infrastruktur yang mampu memberikan data dalam waktu kurang dari 150 milidetik—batas di mana manusia mulai merasakan keterlambatan.
Konvergensi Kekuatan Pasar
Model saat ini yang mengandalkan node polling berlebihan dan latensi yang inkonsisten tidak akan bisa berkembang untuk aplikasi keuangan serius. Kita sudah melihat firma perdagangan besar membangun solusi kustom yang semakin kompleks, menandakan bahwa infrastruktur yang ada tidak memenuhi kebutuhan pasar.
Saat blockchain yang lebih cepat dan lebih murah memungkinkan instrumen keuangan yang lebih canggih, kemampuan untuk mengalirkan perubahan status secara real-time menjadi krusial bagi efisiensi pasar.
Tanpa kemajuan infrastruktur data yang sepadan, kita akan memiliki mesin Ferrari yang dipasangkan dengan roda sepeda—daya besar tanpa kemampuan untuk menggunakannya secara efektif.