Pria Spanyol Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara Karena Ajari Korea Utara Kripto
Seorang pria Spanyol bernama Alejandro Cao de Benós menghadapi hukuman 20 tahun penjara di Amerika Serikat, karena dicurigai mengajari warga Korea Utara cara menghindari sanksi AS menggunakan mata uang kripto.
Alejandro ditangkap pada hari Jumat (01/12) di stasiun kereta Madrid setelah Interpol memberitahu pihak berwenang Spanyol tentang kemungkinan kehadirannya di negara itu.
“Penyelidik mengetahui bahwa dia berangkat dengan kereta api dari Barcelona ke Madrid dan diidentifikasi serta ditahan setibanya di Madrid,” bunyi pernyataan Polisi Nasional Spanyol, seraya menambahkan bahwa dia mungkin menggunakan dokumen palsu.
Pihak berwenang AS mengeluarkan surat perintah penangkapan Cao de Benós pada tahun 2022, dengan tuduhan bahwa ia bekerja dengan warga negara AS untuk menyediakan layanan cryptocurrency dan teknologi blockchain secara ilegal ke Korea Utara.
Alejandro disebut-sebut sebagai pendiri Korean Friendship Association. Menurut polisi Spanyol, dia dituduh menyelenggarakan beberapa konferensi tentang cryptocurrency dan blockchain di Pyongyang, ibu kota Korea Utara pada tahun 2018, mengabaikan sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat.
Karena kejahatannya, dia bisa menghadapi hukuman hingga 20 tahun penjara di AS.
Sementara itu, Virgil Griffiths, warga negara AS yang terlibat, dijatuhi hukuman 63 bulan penjara dan denda $100.000 pada tahun 2022 setelah mengaku bersalah melakukan konspirasi untuk melanggar Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional era Trump.
Ketika hukuman Griffith dijatuhkan, Kantor Urusan Masyarakat AS menyatakan dalam siaran pers-nya bahwa pria itu mengetahui jika Korea Utara dapat menggunakan layanan crypto untuk menghindari sanksi AS, dan untuk mendanai program senjata nuklirnya serta kegiatan terlarang lainnya.
Di sisi lain, Alejandro Cao de Benós membantah tuduhan tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu, dia menyebut pernyataan tersebut "sepenuhnya salah."
“Tidak ada sedikitpun bukti bahwa saya menyewa atau meminta jasa Virgil Griffin,” katanya.
Korea Utara telah berupaya mengeksploitasi mata uang kripto dalam beberapa tahun terakhir. Menurut penelitian, peretas dari negara ini telah mencuri aset kripto senilai $3 miliar selama lima tahun, dengan menyamar sebagai perekrut, pekerja TI, dan pejabat pemerintah.