Siapa Michael Selig? Pengacara Pro-Kripto yang Dicalonkan Trump Pimpin CFTC
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas Amerika Serikat (CFTC) akhirnya berpotensi mendapatkan pemimpin baru setelah Presiden Donald Trump mencalonkan Michael Selig, seorang pengacara pro-kripto, untuk posisi ketua lembaga tersebut.
Saat ini, CFTC masih dipimpin oleh Penjabat Ketua Caroline Pham, yang menjabat sejak April 2025. Ia sebelumnya dinominasikan oleh Presiden Joe Biden pada 2022 dan disetujui secara bulat oleh Senat AS.
Sebelum Selig, pemerintahan Trump sempat mencalonkan Brian Quintenz, mantan komisaris CFTC yang juga duduk di dewan platform taruhan Kalshi. Namun pencalonannya ditarik pada September 2025, kabarnya atas permintaan kakak-beradik Winklevoss, yang menilai Quintenz kurang mendukung industri kripto.
Profil Michael Selig: Latar Belakang dan Pandangannya tentang Kripto
Michael Selig adalah lulusan George Washington University Law School. Ia memulai karier pemerintahannya di kantor mantan Komisaris CFTC J. Christopher Giancarlo pada 20142015.
Setelah meninggalkan CFTC, Selig bekerja di firma hukum Cadwalader, Wickersham & Taft, lalu di Perkins Coie, di mana ia menjadi counsel. Pada April 2022, ia bergabung dengan Willkie Farr & Gallagher dan menjadi partner pada Januari 2024.
Pada Maret 2025, Selig diangkat menjadi Chief Counsel di Crypto Task Force SEC dan penasihat senior ketua SEC.
Dalam unggahan di platform X (Twitter), Selig menegaskan dukungannya terhadap industri kripto, menyebut bahwa Amerika sedang berada di ambang Zaman Keemasan Baru Pasar Keuangan, dan berkomitmen untuk membantu presiden menjadikan AS sebagai Ibu Kota Kripto Dunia.
Selig: Aset Kripto Adalah Komoditas, Bukan Sekuritas
Selig dikenal di komunitas kripto karena analisisnya terhadap kasus SEC vs Ripple. Pada 2023, ia berpendapat bahwa XRP hanyalah kode komputer, bukan sekuritas.
Ia menyamakan XRP dengan komoditas fungible seperti emas atau wiski, yang dapat diperdagangkan dalam skema investasi tanpa serta-merta menjadi sekuritas.
Selig juga menilai bahwa tuntutan denda $2 miliar terhadap Ripple tidak masuk akal, dan SEC tidak bisa terus menganggap semua aset digital sebagai sekuritas.
Pandangan ini menjadi penting karena Kongres AS sedang mempertimbangkan restrukturisasi besar terhadap regulasi aset kripto, termasuk pembagian kewenangan antara CFTC dan SEC.
Reformasi Regulasi: CLARITY Act dan Tanggung Jawab Baru untuk CFTC
Saat ini, Senat AS tengah membahas Responsible Financial Innovation Act, yang sebelumnya disahkan di DPR dengan nama CLARITY Act.
Rancangan undang-undang ini akan mengklasifikasikan banyak aset kripto sebagai komoditas, bukan sekuritas. Dengan begitu, tanggung jawab regulasi untuk aset seperti Bitcoin (BTC) akan beralih ke CFTC, yang sudah menjadi regulator utama untuk derivatif kripto dan memiliki otoritas anti-penipuan di pasar spot.
Namun, pembahasan RUU ini tertunda karena kebuntuan politik dan ancaman penutupan pemerintahan (government shutdown), melewati tenggat waktu yang diharapkan Senator Tim Scott pada akhir September.
Koordinasi CFTC dan SEC: Dari Kompetisi Menuju Kolaborasi
Untuk menyelaraskan kebijakan, Ketua SEC Paul Atkins mengumumkan diskusi bersama dengan CFTC pada September 2025 guna menyusun kerangka regulasi kripto terpadu. Tujuannya adalah agar kedua lembaga beroperasi berdampingan demi mendukung inovasi dan investasi Amerika.
Penjabat Ketua CFTC Caroline Pham mengakui bahwa hubungan antara kedua lembaga selama ini lebih bersifat kompetitif daripada kolaboratif. Namun kini, CFTC dan SEC bekerja sama melalui inisiatif seperti Project Crypto (SEC) dan Crypto Sprint (CFTC) untuk mendorong inovasi, memperjelas yurisdiksi, serta memperluas akses pasar bagi investor.