Skandal Kripto Kampus di Tiongkok dan Penipuan Online oleh Penipu Berkedok Wanita India
Rumor ‘Grooming’ Mahasiswa Terkait Kripto Mirip Skandal Pinjaman Telanjang di Tiongkok
Sejumlah bursa kripto besar mendapat sorotan atas tuduhan bahwa mereka memberikan dana uji coba bersifat leverage dan terkunci di platform kepada mahasiswa di Tiongkok, guna mendorong aktivitas trading spekulatif. Kontroversi ini mengingatkan publik pada skandal pinjaman kampus di Tiongkok satu dekade lalu, ketika mahasiswa yang terlilit utang diberi pinjaman "telanjang" (naked loans) dengan imbal balik foto bugil sebagai jaminan.
Bruce Xu, salah satu pendiri ETHPanda, mengklaim bahwa bursa kripto terpusat telah memberikan dana uji coba (yang tidak bisa ditarik) untuk trading futures kepada mahasiswa. Keuntungan dari trading boleh disimpan, dan mahasiswa yang memposting tangkapan layar keuntungan tinggi di WeChat disebut mendapatkan insentif tambahan. Xu menyebut model ini sebagai bentuk “grooming” generasi baru penjudi kripto.
Media kripto BlockBeats mendesak seluruh bursa menghentikan kampanye promosi dana uji coba yang menyasar mahasiswa, menyebutnya sebagai eksploitasi terhadap kelompok yang masih belum matang secara finansial.
Banyak yang menduga Bitget terlibat karena program campus ambassador mereka pada Februari lalu. Namun, Xie Jiayin (Smith Tse), kepala Bitget untuk Asia, membantah. Ia menyatakan program tersebut berfokus pada edukasi Web3 dan dukungan karier, bukan aktivitas trading. Ia juga menegaskan bahwa Bitget tidak pernah membagikan dana uji coba ke mahasiswa, dan program tersebut dihentikan dalam waktu 16 jam karena kesalahpahaman publik.
Seorang pengguna X menuduh Bybit mengunjungi kampus-kampus dan membagikan dana uji coba. CEO Bybit, Ben Zhou, menampik tuduhan itu dan meminta bukti sambil mengecam penyebaran rumor tak berdasar dalam komunitas kripto.
BlockBeats membandingkan keributan ini dengan skandal fintech Tiongkok yang terjadi satu dekade lalu, yaitu kasus Qufenqi. Didirikan pada 2014, Qufenqi menawarkan pinjaman cicilan untuk mahasiswa membeli barang elektronik dan lainnya, hanya dengan menunjukkan kartu mahasiswa. Mereka bahkan membuka stan di kampus-kampus untuk promosi.
Namun, platform ini segera diterpa kontroversi karena biaya tersembunyi dan jebakan utang yang membuat mahasiswa meminjam dari satu platform untuk membayar utang ke platform lain. Investigasi media lokal mengungkap sisi gelap pinjaman kampus ini. Beberapa mahasiswa, terutama perempuan, terpaksa beralih ke lintah darat ilegal untuk melunasi utang. Dalam kasus ekstrem, mereka menyerahkan foto atau video telanjang sebagai jaminan, dengan ancaman akan disebarluaskan jika gagal membayar. Beberapa bahkan terjebak utang kronis dan membayar utang dengan imbalan seksual. Dalam kasus paling tragis, ada yang sampai bunuh diri.
Layanan pinjaman kampus akhirnya ditutup setelah pemerintah melakukan penindakan ketat pada 2016 dan 2017. Qufenqi pun menghentikan model pinjaman kampus, mengganti nama menjadi Qudain, dan melantai di Nasdaq. Namun reputasinya telah rusak berat, dan harga sahamnya kini anjlok lebih dari 90% dari puncaknya.
9 Penipu dari Tiongkok Menyamar Jadi Wanita India, Tipu 67.000 Pria
Sebuah pengadilan di Provinsi Shandong, Tiongkok timur, menjatuhkan hukuman penjara hingga lebih dari 14 tahun kepada sembilan penipu telekomunikasi yang menipu 66.800 pria India dengan menyamar sebagai wanita India sukses, menurut laporan surat kabar pemerintah Legal Daily.
Sindikat ini dilaporkan menipu 517 juta rupee (sekitar USD 6 juta) dari Juni 2023 hingga Januari 2024 menggunakan skema penipuan gaya pig butchering (penipuan dengan manipulasi emosional jangka panjang), dengan bantuan aplikasi terjemahan dan aplikasi obrolan untuk menjebak korban.
Pemimpin sindikat, bermarga He, mengaku menerima investasi dalam bentuk rupee India yang kemudian dikonversi menjadi USDT, lalu dicuci menjadi yuan Tiongkok melalui layanan pembayaran pihak ketiga.
Untuk membuat identitas palsu mereka meyakinkan, para pelaku menggunakan foto-foto glamor seperti selfie kebugaran, liburan, dan gambar gaya hidup mewah, menyamar sebagai wanita India sukses tapi kesepian. Mereka memalsukan lokasi media sosial agar seolah-olah berasal dari kota-kota di India, serta menciptakan perusahaan palsu untuk menarik kepercayaan korban.
Ini bukan pertama kalinya penipu Tiongkok menyamar sebagai wanita asing kaya untuk menargetkan pria luar negeri. Menurut Kepolisian Internet Chenzhou, dua tersangka ditangkap pada Maret 2024 karena menggunakan aplikasi terjemahan untuk menipu pria Turki melalui skema belanja online palsu. Mereka mengaku sebagai wanita kaya asal Malaysia dan didukung oleh tim beranggotakan lebih dari 10 staf, yang bekerja sesuai jam bisnis Turki (pukul 3 sore hingga 1 pagi waktu setempat).
Salah satu staf, dikenal sebagai “Xiao A”, mengatakan:
“Saya berperan sebagai Lisa, wanita Malaysia keturunan Tionghoa berusia 31 tahun, sudah cerai, manis, berambut panjang, tinggi sekitar 170 cm. Ia seorang desainer fesyen dengan butik sendiri di Malaysia dan toko di Amazon. Dia punya rumah dan mobil sendiri.”
Seluruh staf berperan sebagai wanita lajang berusia awal 30-an dengan latar belakang keuangan stabil. Perusahaan bahkan menyediakan skrip percakapan selama empat hari untuk membangun hubungan dengan calon korban.