Sulit Gugat Bursa Kripto dan Market Maker atas Flash Crash Senilai $20 Miliar
Sekitar $20 miliar posisi perpetual futures dilikuidasi selama krisis pasar kripto pada 10 Oktober, yang membuat para trader bertanya-tanya: siapa yang harus bertanggung jawab ketika platform gagal berfungsi di saat pasar tertekan?
Berbeda dengan bursa efek yang diatur secara ketat, banyak bursa kripto yang memiliki keleluasaan untuk menarik likuiditas, memotong posisi yang menguntungkan, dan menerapkan klausa arbitrase yang membatasi jalur hukum bagi pengguna selama mereka telah mengklik I agree saat mendaftar.
Dalam gelombang likuidasi terbaru, Binance menjadi pusat kontroversi karena beberapa pengguna mengklaim tidak dapat menutup posisi mereka tepat waktu. Binance menyatakan bahwa fitur utama platform tetap berjalan normal, namun mengakui adanya gangguan teknis yang menyebabkan harga beberapa aset terlihat terlepas (depegged) dari harga pasar global.
Awal pekan ini, media sosial sempat ramai dengan rumor bahwa market maker Wintermute akan menuntut Binance atas kerugian selama crash tersebut. Namun rumor itu segera dibantah oleh CEO Evgeny Gaevoy.
Untuk memahami bagaimana bursa kripto seharusnya bertindak dalam kondisi ekstrem dan perlindungan hukum apa yang dimiliki para trader, Magazine berbincang dengan Yuriy Brisov, pengacara dari Digital & Analogue Partners.
Brisov menjelaskan bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) sebelumnya menyebut beberapa platform kripto berfungsi layaknya bursa efek, namun belum terdaftar secara resmi atau mematuhi regulasi seperti bursa tradisional.
Sekarang, situasinya mulai berubah. Ini membuka banyak peluang bagi perusahaan kripto untuk menawarkan produk berisiko seperti memecoin, futures, dan derivatif lain, ujar Brisov. Namun belum jelas apakah produk-produk ini berada di bawah yurisdiksi SEC atau Commodity Futures Trading Commission (CFTC).
Menurutnya, di Amerika Serikat, jika platform trading kripto tidak terdaftar sebagai bursa efek atau broker-dealer, maka secara hukum platform tersebut dianggap sebagai pasar privat yang hanya mempertemukan pembeli dan penjual.
Dalam konteks ini, market maker tidak memiliki kewajiban hukum untuk menyediakan likuiditas mereka bisa keluar masuk pasar sesuka hati.
Selama flash crash Oktober, banyak trader yang menggunakan leverage menderita kerugian melebihi jaminan (collateral) yang mereka setorkan. Dalam pasar efek tradisional, ada mekanisme perlindungan agar kerugian tidak melebihi jaminan. Namun di pasar kripto, ketika market maker menarik likuiditas, platform tidak menanggung kekurangannya.
Sebagai contoh, Binance menyebut adanya dana asuransi atau jaminan dalam dokumentasinya, tetapi ukuran dana itu dan mekanisme penggunaannya saat volatilitas ekstrem tidak sepenuhnya transparan.
Dalam kejadian itu, Binance kemudian menjelaskan bahwa sistem auto-deleveraging (ADL) diaktifkan artinya posisi yang menguntungkan secara otomatis dikurangi untuk menutupi kerugian trader yang dilikuidasi. Dengan kata lain, keuntungan trader pemenang dialihkan untuk menutup kerugian trader yang kalah.
Apakah ini legal?
Jika kita membaca syarat dan ketentuan mereka, ya. Tapi kalau melihat dari sisi moral dan transparansi, pasar kripto saat ini sepenuhnya bergantung pada kontrak yang disepakati, tutup Brisov.