Tether Bantah Hengkang dari Uruguay di Tengah Sengketa Utang $4,8 Juta
Penerbit stablecoin Tether membantah laporan media lokal yang menyebut perusahaan keluar dari Uruguay akibat sengketa utang senilai $4,8 juta dengan salah satu badan listrik milik negara.
Menurut laporan Telemundo, Tether disebut menghentikan operasi penambangan kripto dan rencana masa depannya setelah Administración Nacional de Usinas y Trasmisiones Eléctricas (UTE) mencabut pasokan listrik di fasilitasnya karena gagal membayar tagihan listrik Mei sebesar $2 juta.
Laporan itu juga menambahkan bahwa Tether memiliki utang tambahan sekitar $2,8 juta dari proyek lokal lainnya, sehingga total kewajiban mencapai sekitar $4,8 juta (belum termasuk denda dan biaya tambahan).
Namun, Tether membantah kabar tersebut dalam komentarnya kepada Cointelegraph pada Senin (22/9):
“Kami terus mengevaluasi langkah terbaik di Uruguay dan wilayah sekitarnya. Meski ada spekulasi mengenai hengkangnya kami, laporan tersebut tidak mencerminkan situasi sebenarnya.”
Tether mengakui adanya permasalahan utang, namun menegaskan bahwa perusahaan lokal yang mengoperasikan fasilitas mining sedang melakukan diskusi dengan pemerintah untuk menyelesaikan perselisihan.
“Tether tetap mendukung upaya ini dan berkomitmen jangka panjang untuk peluang berkelanjutan di kawasan tersebut.”
Tether pertama kali mengumumkan rencana crypto mining di Uruguay pada November 2023, dengan proyeksi investasi media lokal mencapai $500 juta.
Biaya Listrik Tinggi Jadi Tantangan Mining di Uruguay
Meski Tether membantah keluar dari Uruguay, laporan lokal mengaitkan isu ini dengan biaya listrik yang relatif tinggi. Uruguay dikenal memiliki tarif listrik mahal untuk standar Amerika Latin, sehingga kurang menarik untuk operasi yang intensif energi seperti penambangan kripto dan AI.
Harga listrik di Uruguay berkisar antara $60 hingga $180 per megawatt hour (MWh), jauh lebih mahal dibanding Paraguay yang hanya sekitar $22 MWh berkat PLTA Itaipu.
Tether sendiri juga mengoperasikan fasilitas Bitcoin mining di Paraguay, yang dianggap lebih efisien secara biaya.
Uruguay Bukan Pertama Kali Ditinggalkan Penambang Kripto
Pada 2018, perusahaan Bitcoin mining asal Amerika Selatan, Vici Mining, memindahkan fasilitasnya dari Uruguay ke Paraguay untuk memanfaatkan listrik yang lebih murah.
Nicolás Ribeiro, insinyur Vici, mengatakan kepada Telemundo:
“Jika dilihat secara global, harga listrik di Uruguay jauh di atas rata-rata. Dalam industri ini, sekitar 80% biaya operasional berasal dari listrik. Itu menjadi faktor signifikan dalam memutuskan lokasi operasi.”
Ribeiro menilai sengketa Tether harus menjadi “sinyal peringatan” bagi pembuat kebijakan terkait tantangan menarik dan mempertahankan industri padat energi.
Tether dilaporkan sedang bernegosiasi dengan UTE untuk membangun fasilitas baru dengan tarif listrik yang lebih rendah, namun perusahaan belum memberikan komentar resmi terkait isu tersebut.
Adopsi Stablecoin Meningkat di Amerika Latin
Di saat Tether menghadapi masalah di Uruguay, adopsi stablecoin justru makin berkembang di kawasan Amerika Latin.
-
Toyota, Yamaha, dan BYD mulai menerima pembayaran dengan Tether (USDT $1,00) di Bolivia untuk mengatasi kelangkaan cadangan dolar AS.
-
Di Kolombia, pesaing Western Union MoneyGram mengumumkan aplikasi pembayaran kriptonya akan memberikan solusi bagi warga untuk menabung dalam stablecoin dolar AS di tengah melemahnya peso Kolombia.