
Agen AI Mulai Menguasai DeFi, Dompet Masih Jadi Titik Lemah Terbesar
Pasar kripto beroperasi 24/7. Trader manusia tidak. Kini, agen AI (Artificial Intelligence Agents) mulai mengambil alih pengelolaan likuiditas, optimalisasi yield, dan eksekusi transaksi secara otomatis sepanjang waktu.
Agen-agen ini berkembang pesat dari sekadar alat bagi trader kuantitatif menjadi infrastruktur utama untuk masa depan keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Namun, di balik kemajuan ini, ada satu masalah besar: infrastruktur dompet DeFi tidak berkembang secepat agen AI yang mereka layani.
Keterbatasan Dompet Tradisional dalam Era Otomasi AI
Meskipun teknologi account abstraction dan smart contract wallet mulai bermunculan, sebagian besar platform DeFi masih bergantung pada dompet tradisional (externally owned accounts/EOA) yang mengharuskan persetujuan manual di setiap langkah.
Solusi dompet yang bisa diprogram memang mulai tersedia, namun:
-
Masih terfragmentasi,
-
Biayanya tinggi di jaringan layer-1,
-
Dan hanya digunakan oleh sebagian kecil pengguna.
Dalam lanskap yang makin otomatis, keterbatasan ini menjadi risiko nyata bagi keamanan dan skalabilitas DeFi.
Otomasi Butuh Pembatas, Bukan Dugaan
Kehadiran agen otonom menciptakan peluang baru:
-
Strategi DeFi tanpa intervensi manual,
-
Optimasi portofolio real-time,
-
Arbitrase lintas-chain otomatis.
Namun tanpa izin terprogram (programmable permissions) dan visibilitas on-chain, menyerahkan kontrol ke AI dapat mengundang bencana.
Contoh nyata:
-
Banana Gun: Bot trading berbasis Telegram ini kehilangan 563 ETH (≈ $1,9 juta) pada September 2024 karena celah oracle yang dimanfaatkan untuk mengakses dompet pengguna.
-
Aixbt: Platform ini diretas setelah dashboard-nya disusupi, menyebabkan kerugian 55,5 ETH (≈ $100.000) secara langsung.
Insiden-insiden ini bukan pengecualian, melainkan peringatan sistemik bahwa fondasi infrastruktur otomatis kita rapuh.
Dompet Lama Tidak Bisa Mendukung Agen Cerdas
Arsitektur dompet saat ini masih sangat sederhana:
-
Tanda tangan transaksi,
-
Kirim ke jaringan,
-
Ulangi.
Dompet ini tidak dirancang untuk:
-
Memahami niat pengguna,
-
Memverifikasi bahwa aksi AI sesuai aturan pengguna,
-
Atau membatasi aktivitas berdasarkan waktu, jenis aset, atau strategi.
Hasilnya: pengguna terjebak pada pilihan ekstrem —
Tetap manual dan melewatkan peluang, atau menyerahkan semuanya ke sistem AI yang tidak transparan dan sulit dikendalikan.
Perizinan Terprogram Adalah Lapisan Kepercayaan Baru
Jika smart contract menjadi otak dari protokol DeFi, maka dompet harus jadi pengawas (gatekeeper) yang bisa mengatur:
-
Izin berbasis sesi,
-
Verifikasi kriptografis terhadap aksi agen,
-
Opsi pencabutan akses secara real-time.
Dengan ini, pengguna bisa menyerahkan pengelolaan portofolio dan strategi tanpa kehilangan kendali penuh.
Ini bukan hanya soal mengurangi risiko, tapi juga membuka akses bagi pengguna awam untuk menjalankan strategi DeFi tingkat lanjut — tanpa perlu pemahaman teknis mendalam.
Dompet Terprogram Membuat DeFi Skalabel
Dompet cerdas tidak hanya membuat DeFi lebih aman, tetapi juga:
-
Lebih bisa diskalakan,
-
Lebih interoperabel antar blockchain,
-
Dan lebih siap menyambut adopsi institusi.
Solusi seperti universal keystore protocol bisa menyinkronkan izin antar-chain dan memungkinkan ekosistem agen AI untuk beroperasi lintas jaringan dengan aman.
Seperti zero-knowledge proof menjadi standar untuk privasi, perizinan dompet AI akan menjadi standar baru untuk keamanan dalam DeFi berbasis agen.
Masa Depan DeFi Ada di Otomasi — Tapi Harus Terkontrol
Beberapa pihak mungkin menganggap AI terlalu berisiko untuk diberi kendali keuangan. Tapi kenyataannya, pasar keuangan tradisional sudah mengadopsi:
-
Trading algoritmik,
-
Otomasi black box.
DeFi tidak kebal, hanya belum siap.
Jika kripto ingin mempertahankan prinsip transparansi dan kedaulatan pengguna, maka dompet masa depan harus dibangun sebagai sistem operasi bagi ekonomi otomatis lintas blockchain.