British Museum Masukkan Ordinals “The Rhinoceros” Karya Albrecht Dürer di Blockchain Bitcoin
Asprey Studio bekerja sama dengan British Museum menghadirkan interpretasi modern dari karya legendaris Albrecht Dürer, “The Rhinoceros”, dalam bentuk rangkaian patung perak murni dan inscription digital di blockchain Bitcoin. Proyek ini menggabungkan seni klasik abad ke-16 dengan teknologi Web3, menciptakan 11 patung eksklusif yang masing-masing disertai dengan jejak digital permanen sebagai bukti keaslian dan sejarah kepemilikan karya tersebut.
Setiap patung akan dipasangkan dengan inscription digital yang tertanam dalam sistem Ordinals pada blockchain Bitcoin, membentuk struktur parent/child inscription yang mencatat asal-usul dan keaslian karya tersebut.
Dalam sistem ini, Asprey Studio dan British Museum bertindak sebagai “orang tua” alias parent, sedangkan patung digital yang dibuat menjadi “anak” atau child.
Menurut Chief Creative Officer Asprey Studio, Ali Walker, inscription digital akan diberikan terlebih dahulu kepada pembeli karena proses pembuatan patung fisik membutuhkan waktu beberapa bulan. Patung setinggi 40 sentimeter tersebut diproduksi berdasarkan pesanan, dan pembuatannya melibatkan teknik pengelasan logam kompleks yang hanya dapat dilakukan oleh segelintir ahli di Inggris.
"Kami memiliki pahatan digital di Asprey Studio," ujar Walker. "Jadi pertama-tama kami memahatnya secara digital, dan kemudian kami mencari cara untuk memotongnya menjadi potongan-potongan kecil yang mudah diatur." I menambahkan bahwa potongan-potongan itu kemudian dilas bersama, yang membuat prosesnya berlangsung berbulan-bulan dan sangat menantang karena karakteristik unik dari perak murni.
British Museum berperan penting dalam proyek ini karena institusi tersebut menyimpan sketsa asli persiapan Dürer untuk karya The Rhinoceros. Meskipun Dürer tidak pernah melihat langsung seekor badak, ia menciptakan karya tersebut berdasarkan deskripsi dalam surat kabar seorang pedagang Portugis.
Dürer dikenal sebagai pelopor seni Renaissance Jerman, yang menggabungkan teknologi cetak yang baru muncul dengan pengetahuan anatomi dan optik. Ia juga tercatat sebagai seniman awal yang menggunakan monogram pribadi sebagai merek dagang dan menggugat pelanggaran hak cipta atas karyanya di Venesia.
Walker menekankan bahwa proyek ini bukanlah upaya menjadikan gambar Dürer sebagai NFT. “Kami menciptakan interpretasi baru dari karya tersebut, dan gambar asli milik museum,” jelasnya. “Yang kami lakukan adalah memastikan versi digital ini dapat bertahan selamanya.”
Bagi British Museum, proyek ini merupakan langkah lanjutan dalam eksplorasi teknologi Web3. Pada tahun 2021, museum tersebut meluncurkan koleksi NFT karya seniman ternama seperti Hokusai dan Turner melalui kerja sama dengan startup Prancis LaCollection. Kemudian pada 2023, museum juga bekerja sama dengan platform metaverse The Sandbox untuk menghadirkan pengalaman imersif di dunia digital.