Burn Rate Ethereum Merosot di Tengah Kuartal Terburuk Sejak 2022
Ethereum menutup kuartal pertama tahun ini dengan performa yang mengecewakan, seiring dengan penurunan signifikan burn rate atau tingkat pembakaran tokennya. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang menekan harga Ether (ETH), menurut laporan dari firma pasar kripto Wintermute.
Burn rate Ethereum, yang mengukur jumlah ETH yang dihapus dari sirkulasi, baru-baru ini mencapai titik terendah sejak Agustus 2021. Pekan lalu, rata-rata 53 ETH dibakar per hari, sementara total pasokan ETH justru meningkat 3% sejak penerapan upgrade EIP-1559, menurut data dari Ultrasound Money.
Penurunan burn rate ini mencerminkan perubahan dalam cara Ethereum mengakumulasi nilai setelah pengembangnya mengadopsi solusi layer-2 sejak tahun lalu. Sejak saat itu, penerbitan ETH bersih (net issuance) menjadi positif. Namun, beberapa analis percaya bahwa adopsi Ethereum oleh institusi keuangan besar bisa mengubah tren ini.
Selama kuartal pertama, harga ETH anjlok 45%, menghapus nilai pasar sebesar $170 miliar, menurut data dari CoinGecko dan CoinGlass. Ini merupakan kuartal terburuk ketiga bagi Ethereum sejak 2016.
Sebelumnya, aktivitas pengguna di jaringan Ethereum menjadi pendorong utama nilai ETH, terutama setelah implementasi mekanisme pembakaran biaya transaksi melalui EIP-1559 pada Agustus 2021. Alih-alih memberikan biaya transaksi kepada penambang, Ethereum mulai membakar sebagian dari biaya tersebut, mengurangi pasokan ETH seiring dengan meningkatnya aktivitas jaringan.
Ketika Ethereum beralih ke model konsensus proof-of-stake (PoS) pada 2022, jumlah ETH baru yang diterbitkan juga berkurang drastis, membuat pasokan ETH bersifat deflasi. Namun, dinamika ini berubah setelah upgrade EIP-4844, yang mengurangi jumlah ETH yang dibakar oleh jaringan layer-2.
Akibat meningkatnya adopsi solusi layer-2, biaya transaksi di Ethereum mengalami penurunan signifikan, bahkan mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir, yaitu $0,40 per transaksi.
Pada masa kejayaan kripto selama pandemi, biaya transaksi Ethereum sempat melonjak drastis, bahkan mencapai $4.000 untuk satu transaksi akibat tingginya permintaan. Proyek NFT seperti Bored Ape Yacht Club menjadi salah satu penyebab utama kemacetan jaringan saat itu.
Tokenisasi dan Masa Depan Ethereum
Seiring dengan meningkatnya minat institusi keuangan terhadap teknologi blockchain, beberapa analis percaya bahwa Ethereum bisa kembali menjadi aset deflasi. Salah satu tren yang mendapat perhatian besar adalah tokenisasi, yaitu proses mengubah aset dunia nyata seperti saham dan obligasi menjadi token digital di blockchain.
CEO BlackRock, Larry Fink, menyoroti fenomena ini dalam suratnya kepada para pemegang saham. “Suatu hari nanti, saya berharap dana yang ditokenisasi akan menjadi hal yang biasa bagi investor, seperti ETF saat ini,” tulisnya.
Menurut data dari RWA.xyz, Ethereum saat ini menjadi pemimpin pasar dalam tokenisasi, dengan $5 miliar aset dunia nyata telah ditokenisasi di jaringan ini, mencakup 54% dari total pasar tokenisasi (tidak termasuk stablecoin). Studi dari Boston Consulting Group memperkirakan bahwa nilai pasar tokenisasi bisa melonjak hingga $16 triliun pada tahun 2030, meskipun para ahli memiliki perkiraan yang bervariasi.
“Kami belum melihat manfaat ekonomi nyata dari tokenisasi,” kata Juan Leon, Senior Investment Strategist di Bitwise, kepada Decrypt. “Proses ini akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan karena manajer aset besar tidak bergerak dengan cepat.”