
FBI Gerebek Rumah CEO Polymarket, Sita Ponsel dan Barang Elektronik
Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) dikabarkan telah menggerebek rumah CEO Polymarket Shayne Coplan, menyusul kemenangan Donald Trump dala pemilu.
Menurut laporan New York Post, Coplan dibangunkan pukul 6:00 pagi di rumahnya di Manhattan pada hari Rabu (13/11) oleh petugas penegak hukum AS. Ia kemudian diminta untuk menyerahkan ponsel dan barang elektronik miliknya. Namun, CEO berusia 26 tahun itu tidak ditangkap.
Dikutip dari Decrypt, juru bicara Polymarket mengklaim bahwa Coplan ditargetkan setelah platform taruhan itu berhasil memprediksi hasil pemilihan presiden 2024 dengan tepat.
"Polymarket adalah pasar prediksi yang sepenuhnya transparan yang membantu orang awam untuk lebih memahami peristiwa-peristiwa yang paling penting bagi mereka," kata juru bicara tersebut. "Kami tidak memungut biaya, tidak mengambil posisi trading, dan mengizinkan para pengamat dari seluruh dunia untuk menganalisis semua data pasar sebagai barang publik," tambahnya.
Sementara itu, New York Post mengutip seorang sumber yang menggambarkan insiden penggerebekan Coplan sebagai “teater politik besar-besaran."
"Mereka bisa saja meminta pengacaranya untuk melakukan hal-hal tersebut. Sebaliknya, mereka melakukan apa yang disebut penggerebekan sehingga mereka dapat membocorkannya ke media dan menggunakannya untuk alasan politik yang jelas."
Sumber New York Post juga berspekulasi bahwa "pemerintah kemungkinan mencoba membangun kasus yang menuduh Polymarket melakukan manipulasi pasar dan memanipulasi jajak pendapatnya untuk menguntungkan Trump."
Peristiwa ini terjadi seminggu setelah Donald Trump dari Partai Republik memenangkan pemilihan presiden AS dengan suara telak.
Polymarket dan pasar prediksi lainnya mengunggulkan Donald Trump atas Kamala Harris. Setelah kemenangan besar Trump, beberapa pelaku industri menyebutnya sebagai momen bola kristal, sementara para kritikus menepis bahwa prediksi Polymarket dipengaruhi oleh uang asing.
Platform ini secara resmi terlarang bagi warga negara AS, dan berhenti beroperasi di negara tersebut setelah mencapai penyelesaian senilai $1,2 juta dengan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi (CFTC) pada tahun 2022. Namun, pasar prediksi masih dapat diakses oleh orang Amerika dengan menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN).