Harga Bitcoin Bisa Naik Meski Perang Dagang Global Memanas, Ini Alasannya
Perang dagang antara AS dan China kembali memanas, setelah Gedung Putih mengonfirmasi tarif impor sebesar 104% terhadap barang-barang asal China mulai berlaku pada 9 April. Meskipun pasar saham merespons negatif, analis menilai bahwa harga Bitcoin (BTC) justru berpotensi mengalami reli.
Tarif Impor AS Ancam Pasar, Tapi Beri Peluang untuk Bitcoin
Setelah pengumuman tarif, indeks S&P 500 ditutup turun 1,6% pada 8 April, membalikkan kenaikan 4% sebelumnya. Penurunan ini memicu kekhawatiran tentang kondisi ekonomi makro dan menimbulkan pertanyaan apakah harga Bitcoin bisa pulih di tengah ketidakpastian ini.
Antara 2–7 April, S&P 500 anjlok 14,7%, mendorong harga Bitcoin kembali menguji support penting di level $75.000, level terendah dalam 5 bulan terakhir.
Namun, sentimen bisa berubah seiring Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia ingin "mengatur ulang meja" perdagangan dan terbuka terhadap negosiasi lebih lanjut di luar tarif permanen.
Masalah Utang AS Jadi Katalis Positif untuk Harga Bitcoin
Meningkatnya utang pemerintah AS menjadi pemicu kekhawatiran pasar. Sekitar $9 triliun utang federal akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan, yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan fiskal dan pelemahan nilai dolar AS (USD).
Pada 8 April, imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik ke 4,28% dari sebelumnya 3,90%, menandakan investor meminta imbal hasil lebih tinggi akibat risiko fiskal.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) turun ke 103.0 dari 104.2 dalam sepekan terakhir—potensi sinyal bullish untuk Bitcoin. CEO BlackRock, Larry Fink, juga menilai bahwa Bitcoin bisa menjadi pelindung nilai terhadap ekspansi berlebihan mata uang fiat.
Kebijakan Suku Bunga The Fed Bisa Jadi Penentu Arah BTC
Menurut analis dari Morgan Stanley, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga 4,25%-4,50% hingga Maret 2026. Namun jika terjadi resesi, The Fed mungkin akan menurunkan suku bunga lebih awal dan lebih agresif—hal yang bisa menjadi pemicu naiknya harga Bitcoin.
Dalam kondisi seperti ini, Bitcoin sebagai aset langka dan tidak terpengaruh oleh kebijakan moneter pemerintah, bisa menarik minat investor yang ingin melindungi nilai kekayaan mereka dari inflasi dan pelemahan dolar.
Bitcoin Bisa Jadi Safe Haven di Tengah Perang Dagang
Meskipun kondisi pasar sedang tidak pasti dan volatilitas meningkat, Bitcoin tetap menunjukkan potensi jangka panjang. Ketidakpastian global, utang AS yang membengkak, dan potensi penurunan suku bunga bisa menjadi katalis positif bagi kenaikan harga BTC.
Investor mulai melihat Bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedge), terutama di tengah gejolak geopolitik dan risiko ekonomi yang meningkat. Jika perang dagang berlanjut tanpa solusi, permintaan terhadap aset digital seperti Bitcoin bisa melonjak.