Institusi Mulai Tinggalkan Ethereum, tapi Masih Menyimpan ETH
Ethereum tengah menghadapi salah satu periode paling genting sejak diluncurkan. Aktivitas di layer dasar terus menurun, metrik inti mendekati titik terendah dalam beberapa tahun, dan bahkan sang pendiri, Vitalik Buterin, mengusulkan perubahan besar dalam arsitektur jaringan.
Sementara itu, para institusi besar tidak menunggu hasilnya. Data blockchain menunjukkan bahwa investor besar seperti Galaxy Digital dan Paradigm telah menjual sebagian besar kepemilikan Ether (ETH) mereka dalam beberapa minggu terakhir.
Aktivitas Layer Dasar Anjlok, Institusi Pindah ke Solana
Selama April 2025, aktivitas dasar Ethereum terus terpuruk. Biaya transaksi turun, sementara inflasi ETH meningkat. Meski pengembangan layer-2 tetap aktif, justru nilai yang sebelumnya ditangkap oleh Ethereum layer dasar kini beralih ke layer-2.
Namun, ini bukan sepenuhnya kisah kejatuhan Ethereum. Beberapa whale melihat kondisi ini sebagai peluang membeli murah. Bahkan mereka yang menjual, belum sepenuhnya "move on" dari ETH.
“Ethereum itu seperti mantan yang masih di-stalk. Ditinggal, tapi belum benar-benar dilupakan.”
Data dari Lookonchain menunjukkan Galaxy Digital menyetor 65.600 ETH (sekitar $105,5 juta) ke Binance. Jumlah kepemilikannya turun dari puncak 98.000 ETH pada Februari menjadi 68.000 ETH saat ini.
Di saat yang sama, Galaxy juga menarik 752.240 SOL ($98,37 juta) — menunjukkan adanya perpindahan preferensi ke Solana, yang mencuri perhatian selama hype memecoin tahun 2024-2025.
Paradigm Juga Jual ETH, Pendapatan Jaringan Ethereum Melemah
Investor lain, Paradigm, memindahkan 5.500 ETH ke Anchorage Digital pada 21 April. Sejak Januari 2024, mereka telah mengalihkan sekitar 97.000 ETH ($301 juta) dari dompet institusional ke bursa terpusat.
“Narasi ‘ultra-sound money’ Ethereum kini diuji oleh kenyataan: penurunan pendapatan jaringan dan tokenomics yang melemah,” kata Jayendra Jog, pendiri Sei Labs.
Ethereum Kembali ke Fase Inflasi
Salah satu daya tarik ETH adalah statusnya sebagai aset deflasi setelah upgrade London dan The Merge. Namun sejak April 2024, ETH kembali mencatat inflasi karena penurunan biaya transaksi yang berarti lebih sedikit ETH yang dibakar.
Data dari IntoTheBlock mencatat biaya transaksi ETH dari 14–21 April hanya 1.873 ETH, sedikit naik dari titik terendah sejak 2017.
Vitalik Usulkan RISC-V, Tanda Ethereum Butuh Perombakan Besar
Pada 20 April, Vitalik mengusulkan penggunaan instruksi RISC-V untuk menggantikan Ethereum Virtual Machine (EVM). Tujuannya: meningkatkan efisiensi eksekusi transaksi. Namun bagi sebagian pengamat, ini dianggap tanda bahwa arsitektur EVM sudah mencapai batasnya.
“Usulan ini lebih mirip pengakuan bahwa desain lama tidak bisa lagi dikembangkan secara bertahap,” ujar Jog.
Usulan ini muncul di tengah kritik terhadap arah proyek Ethereum dan pergantian kepemimpinan di Ethereum Foundation.
Apakah Ethereum Akan Jadi ‘The One That Got Away’?
Pendekatan Ethereum yang berfokus pada rollup dan layer-2 memang mengurangi kemacetan, namun menciptakan masalah baru, seperti turunnya pembakaran ETH dan fragmentasi ekosistem.
Tomasz Stańczak, co-director baru Ethereum Foundation, mengatakan fokus sekarang akan beralih ke penguatan layer-1 dan dukungan optimal untuk scaling.
Sementara itu, beberapa whale memanfaatkan harga ETH yang lebih murah. Pada 23 April, Lookonchain mendeteksi dua dompet besar memborong ETH senilai jutaan dolar.
Harga ETH Naik, Tapi Proyeksi 2025 Dipangkas
ETH sempat menembus $4.000 pada Desember lalu, namun kini turun ke level $1.800 — meski naik 10% dalam satu hari pada 23 April.
Standard Chartered memangkas target harga ETH 2025 dari $10.000 menjadi $4.000. Namun, mereka tetap melihat potensi upside jika dibeli di harga sekarang.
“Layer-2 justru menyerap pendapatan biaya yang dulu menjadi kekuatan layer dasar Ethereum,” jelas Geoff Kendrick, kepala riset aset digital di Standard Chartered.