Scammer Gunakan AI dan Identitas Palsu Influencer Kripto untuk Curi $4 Juta
Scott Melker, pembawa acara podcast The Wolf Of All Streets, mengungkapkan bahwa wajah dan namanya telah disalahgunakan oleh penipu untuk menipu investor kripto hingga kehilangan $4 juta.
Pada 23 April, Melker mengungkapkan bahwa dirinya merasa "muak" setelah menerima informasi dari seorang penyelidik swasta. Penyelidik tersebut memberi tahu bahwa salah satu kliennya menjadi korban penipuan oleh kelompok asal Nigeria yang menggunakan wajah dan nama Melker sebagai umpan.
“Mereka bahkan mengirim SIM palsu untuk membuktikan bahwa itu saya,” ujar Melker, yang menambahkan bahwa avatar dari akun X miliknya juga digunakan dalam identitas palsu tersebut.
AI & Deepfake Digunakan dalam Zoom Palsu
Penipuan ini menggunakan teknologi AI untuk membuat dokumen palsu dan akun email yang terlihat sangat meyakinkan. Bahkan, mereka melakukan panggilan Zoom dengan teknologi AI deepfake yang cukup canggih, menurut Melker.
Tak hanya itu, para penipu juga memalsukan identitas istri dan anak-anak Melker untuk memperkuat kredibilitas mereka di mata korban.
Kasus Serupa Menimpa Trader Lain
Kelompok analis teknikal TheChartGuys juga melaporkan hal serupa, di mana seorang korban kehilangan $5.000 setelah suaranya dipalsukan menggunakan AI deepfake.
ID Palsu Bisa Dideteksi, Tapi Tetap Menipu
Seorang penasihat dan trader kripto bernama Nebraskan Gooner mengatakan bahwa identitas palsu tersebut sebenarnya bisa dideteksi dengan pencarian Google sederhana.
“Ada perbedaan kecil dalam format alamat dan tanggal. Heran saja, penipuan secanggih ini ternyata masih ceroboh juga,” ujarnya.
AI Scam Meningkat di 2025
Penipuan berbasis AI terus meningkat seiring berkembangnya teknologi. Pada Maret, Departemen Kehakiman California mengungkap 7 jenis penipuan kripto baru yang melibatkan AI.
Sementara itu, firma riset Chainalysis memperkirakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun besar untuk AI scam, menyebut bahwa AI generatif membuat penipuan lebih murah dan mudah dijalankan oleh pelaku kejahatan siber.
Laporan terbaru dari Microsoft juga menegaskan tren ini. Mereka menyatakan bahwa pelaku kejahatan kini menggunakan AI untuk mencari data perusahaan secara otomatis, lalu membangun profil target yang sangat detail guna melakukan rekayasa sosial yang meyakinkan.
“Ini akan makin parah secara eksponensial, saya bisa membayangkannya,” kata Melker penuh keprihatinan.