Komunitas Terdesentralisasi Bisa Mengatasi Bias AI
Seiring pertumbuhan pesat kecerdasan buatan (AI), manusia menghadapi dilema ideologis: membiarkan pemerintah dan korporasi mendominasi cara AI dilatih serta digunakan untuk membuat kebijakan yang mengendalikan hidup kita, atau membangun model tata kelola baru yang berlandaskan transparansi, regenerasi, dan kepentingan publik.
Network states — komunitas digital berbasis blockchain yang membentuk masyarakat tanpa batas negara — menawarkan pendekatan lebih baik untuk menyelaraskan AI dengan kesejahteraan manusia. Dengan teknologi yang terus memperluas cakupan augmentasi digital, perlu diciptakan kategori baru tata kelola pengembangan AI yang berfokus melayani manusia, bukan kekuasaan.
Bias AI: Masalah Data dan Tata Kelola
AI generatif saat ini dilatih dengan dataset terbatas dan dikendalikan aktor terpusat seperti xAI dan OpenAI, dengan akuntabilitas publik yang minim. Model bahasa besar (LLM) berbasis data terbatas memperkuat bias, gagal mencerminkan keragaman perspektif, dan melemahkan inisiatif inklusif.
Contoh terbaru, Grok memicu kontroversi setelah pembaruan sistemnya menghasilkan respons ekstremis terhadap beberapa prompt.
Network states bisa menjadi solusi dengan memberikan ruang bagi tata kelola komunitas, pendekatan baru dalam pelatihan AI, dan proses demokratisasi. Dengan filosofi konsensus, kepemilikan, privasi, dan komunitas, pengembangan AI dapat terhindar dari stigma negatif yang kini mendominasi wacana AI.
Komunitas terdesentralisasi dalam network states dapat menentukan tujuan, dataset, dan melatih model AI agar sesuai kebutuhan mereka.
Peran Impact DAOs dalam Demokratisasi AI
Impact Decentralized Autonomous Organizations (DAOs) dapat membantu mendemokratisasi AI dengan:
-
mendanai alat AI open-source,
-
memfasilitasi pengumpulan data inklusif,
-
menyediakan pengawasan publik berkelanjutan.
Pendekatan ini menggeser tata kelola dari “gatekeeping” menjadi “stewardship,” memastikan AI berkembang untuk kepentingan bersama. Dengan tanggung jawab kolektif, kebutuhan kelompok rentan pun bisa terakomodasi, sekaligus memperkuat keterlibatan pemangku kepentingan dalam memanfaatkan keunggulan AI.
Sentralisasi: Ancaman Bagi AI Commons
Lebih dari 60% pengembangan AI global terpusat di California, AS, mencerminkan dominasi politik dan ekonomi. Contoh nyata, xAI digugat karena menggunakan turbin gas di Memphis untuk pusat datanya, menimbulkan masalah lingkungan bagi warga setempat.
Kebutuhan energi tinggi AI memperparah dampak ekologis, yang sering kali menimpa komunitas tertentu secara tidak proporsional.
Sebagai alternatif, network states menawarkan komunitas terdesentralisasi tanpa batas negara, di mana warga digital ikut membangun kerangka tata kelola AI. Dengan impact DAOs, masyarakat dapat mengusulkan, memilih, dan melaksanakan kebijakan, mengubah AI dari alat kontrol menjadi infrastruktur publik berbasis commons.
Menuju Tata Kelola AI Transparan dan Regeneratif
Sebagian besar sistem AI saat ini beroperasi dalam black box algoritmik. Dari algoritma rekrutmen bias hingga sistem kesehatan yang tidak transparan, masyarakat semakin sering bergantung pada keputusan otomatis tanpa kontrol.
Network states membalik model ini dengan tata kelola onchain dan catatan publik transparan. Warga bisa melihat aturan, berpartisipasi dalam pembentukannya, bahkan keluar jika tidak setuju.
Impact DAOs memperkuat visi ini dengan mendanai barang publik, menciptakan sistem yang adil, auditabel, dan berkelanjutan, serta mengundang kontribusi dari pihak eksternal.
Fase Berikutnya: AI untuk Kebaikan Bersama
Negara tradisional kesulitan mengatur AI karena keterbatasan pemahaman digital, kebijakan terfragmentasi, dan ketergantungan pada kepemimpinan teknologi lama. Sebaliknya, network states membangun model baru dengan:
-
alat native blockchain,
-
koordinasi terdesentralisasi,
-
tata kelola terprogram.
Dengan dukungan impact DAOs, komunitas digital publik dapat menyelaraskan insentif dan membangun AI partisipatif, representatif, dan regeneratif.
AI seharusnya dipandang sebagai kebaikan publik, bukan sekadar alat efisiensi. Sistem tata kelola yang terbuka, transparan, dan dipimpin komunitas akan mendorong inovasi yang adil, mendukung kedaulatan digital, serta memastikan masa depan AI yang berpihak pada manusia, bukan sekadar profit.