
Microsoft Kembangkan Chip untuk Buat Bitcoin Anti-Kuantum Lebih Cepat
Microsoft kembali menggebrak dunia teknologi dengan meluncurkan chip komputasi kuantum terbarunya, Majorana 1, pada 19 Februari lalu. Menurut bursa Bitcoin River, inovasi ini berpotensi mempercepat waktu yang diperlukan untuk membuat Bitcoin tahan terhadap serangan kuantum.
Dalam sebuah unggahan di X pada 20 Februari, River menyatakan bahwa meskipun terobosan komputasi kuantum yang mampu mengancam keamanan kripto masih berada di masa depan, chip Majorana 1 bisa menjadi langkah awal yang signifikan. River menambahkan, “Meskipun chip Majorana 1 saat ini belum mencapai skala besar, perkiraan menunjukkan bahwa jumlah qubit bisa mencapai 1 juta pada tahun 2027-2029. Dengan menjalankan chip tersebut selama beberapa hari hingga minggu, QC dengan 1 juta qubit berpotensi untuk memecahkan alamat Bitcoin melalui serangan jarak jauh.”
River juga menegaskan, “Terobosan ini memperpendek garis waktu untuk membuat Bitcoin tahan terhadap serangan kuantum. Walaupun solusi tersebut mungkin masih memerlukan waktu hingga satu dekade, mengantisipasi dan mengatasi kerentanan sejak dini sangatlah penting.”
Sementara itu, kekhawatiran bahwa kemajuan komputasi kuantum bisa dimanfaatkan oleh para penjahat siber untuk menargetkan aset kripto bukanlah hal baru. Namun, para ahli berpendapat bahwa potensi ancaman tersebut akan lebih ditujukan kepada raksasa perbankan dan institusi keuangan tradisional. Data dari Statista menunjukkan bahwa aset seluruh bank dunia mencapai lebih dari 188 triliun dolar pada tahun 2023, jauh melebihi kapitalisasi pasar kripto yang saat ini berada di angka 3,2 triliun dolar menurut CoinMarketCap.
Beberapa kalangan juga menyatakan bahwa teknologi kuantum justru bisa dimanfaatkan untuk memperkuat keamanan jaringan Bitcoin. Adam Back, seorang kriptografer ternama, mengungkapkan bahwa era pasca-kuantum masih beberapa dekade lagi. Ia berharap penelitian mengenai tanda tangan pasca-kuantum akan menghasilkan solusi yang lebih ringkas dan aman, yang nantinya dapat diterapkan dalam jaringan Bitcoin.
Dalam diskusi yang lebih luas, Adrian Morris menilai bahwa komputasi kuantum “hampir tidak layak sebagai teknologi” saat ini karena masih menghadapi berbagai permasalahan mendasar seperti termodinamika, kapasitas memori, dan perhitungan yang berkelanjutan.
Sementara itu, komunitas pengembang kripto telah mulai mengeksplorasi solusi, salah satunya melalui usulan BIP-360. Usulan ini mengarah pada transisi Bitcoin ke struktur yang lebih tahan terhadap serangan kuantum dengan mengganti metode tanda tangan yang dianggap rentan.
Alexander Leishman, CEO River, menambahkan bahwa meskipun ancaman kuantum terhadap Bitcoin bukanlah masalah jangka pendek, argumen bahwa sistem perbankan bisa runtuh lebih dulu sebelum Bitcoin akan diserang masih perlu ditinjau ulang.
Leishman menjelaskan, “Institusi keuangan besar menerapkan berbagai lapisan keamanan, mulai dari autentikasi kata sandi simetris hingga kontrol manual atas pergerakan dana besar, yang tidak diterapkan pada Bitcoin. Sementara itu, serangan kuantum terhadap Bitcoin hanya memerlukan pengetahuan atas kunci publik saja.”
Chip Majorana 1 ini, bersama dengan inovasi serupa dari perusahaan lain seperti chip Willow dari Google, menunjukkan bahwa persaingan dalam pengembangan teknologi kuantum semakin memanas. Perkembangan ini membuka peluang sekaligus tantangan, terutama dalam mengantisipasi dampak jangka panjang terhadap ekosistem kripto dan sistem keuangan global.