
Pasar Kripto Diprediksi Anjlok saat Pelantikan Donald Trump
Pasar kripto diprediksi menghadapi tekanan besar pada hari pelantikan Presiden AS terpilih, Donald Trump, pada 20 Januari 2025. Co-Founder BitMEX, Arthur Hayes, memperingatkan dalam artikelnya di Substack yang berjudul Trump Truth, bahwa aksi jual besar-besaran dapat terjadi akibat ketidaksesuaian antara ekspektasi investor dan realitas politik yang dihadapi pemerintahan baru Trump.
Ekspektasi Tinggi Pasca Kemenangan Trump
Sejak kemenangan Trump pada pemilu AS 5 November, pasar kripto mengalami lonjakan signifikan. Bitcoin, sebagai aset utama, berhasil menembus harga US$100.000 untuk pertama kalinya, dipicu oleh optimisme investor bahwa kebijakan pro-kripto Trump akan segera diterapkan. Janji-janji seperti regulasi ramah kripto dan pembentukan cadangan Bitcoin nasional telah meningkatkan minat terhadap pasar kripto.
Namun, Hayes memperingatkan bahwa realisasi kebijakan besar tersebut akan menghadapi hambatan, termasuk waktu yang terbatas. Trump diperkirakan hanya memiliki waktu efektif sekitar satu tahun untuk mengimplementasikan kebijakan sebelum Kongres AS mengalihkan fokusnya ke pemilu paruh waktu 2026. Selain itu, mayoritas tipis Partai Republik di Kongres akan menjadi tantangan dalam mengesahkan kebijakan yang ambisius.
“Pasar akan segera menyadari kenyataan bahwa Trump hanya memiliki waktu satu tahun untuk memberlakukan perubahan kebijakan pada atau sekitar tanggal 20 Januari. Realisasi ini akan menyebabkan aksi jual yang ganas pada kripto dan perdagangan ekuitas Trump 2.0 lainnya,” ujar Hayes.
Dalam artikelnya, Hayes juga mengusulkan langkah ekonomi strategis bagi pemerintahan Trump. Salah satu usulannya adalah mendepresiasi nilai emas dari nilai resmi Treasury sebesar US$42,22 per ons menjadi US$10.000 atau US$20.000 per ons. Langkah ini, menurut Hayes, dapat memberikan suntikan dana besar ke dalam Treasury General Account (TGA) tanpa perlu negosiasi internasional.
Dana yang terkumpul dari devaluasi emas tersebut dapat digunakan untuk membeli Bitcoin, yang diyakini Hayes akan memperkuat posisi ekonomi AS secara global. Langkah ini, menurutnya, akan memicu kenaikan harga Bitcoin yang signifikan dan mendorong negara lain untuk mengikuti jejak AS dalam membangun cadangan Bitcoin nasional.
Hayes juga mencatat bahwa negara-negara seperti Rusia, Jepang, dan Kanada sudah mulai mempertimbangkan strategi serupa. Ia menyoroti pergeseran pasar global, di mana ETF Bitcoin kini mengelola lebih banyak aset dibandingkan ETF emas, menandakan perubahan prioritas di pasar keuangan.
Meskipun memprediksi volatilitas jangka pendek, Hayes optimis terhadap prospek jangka panjang pasar kripto. Ia meyakini bahwa setelah fase koreksi ini, pasar akan memasuki periode crack-up boom, di mana harga Bitcoin dan altcoin kembali melonjak ke level tertinggi baru. Hayes menilai bahwa penurunan harga saat ini merupakan peluang emas bagi investor untuk mengakumulasi aset kripto.
Selain itu, arus modal dari Tiongkok diprediksi menjadi katalis penting bagi pasar kripto. Dengan meningkatnya modal keluar melalui jalur legal seperti kasino di Makau dan perusahaan di Hong Kong, pasar kripto dapat memperoleh dukungan tambahan. Hayes juga mencatat bahwa jika ETF kripto di Hong Kong dapat diakses oleh investor Tiongkok, hal ini akan memberikan dorongan signifikan terhadap momentum kenaikan harga.
Namun, ia mengingatkan bahwa peluang ini dapat hilang jika terjadi peningkatan ketegangan geopolitik atau jika People’s Bank of China (PBOC) mengambil langkah untuk memperketat kebijakan moneternya.