Pengirim Bitcoin Bayar Biaya Transaksi Rp48,6 Miliar
Seorang pengirim Bitcoin tampaknya telah melakukan kesalahan, membuatnya membayar biaya transaksi sebesar $3 juta (Rp48,6 miliar) yang memecahkan rekor untuk satu transaksi.
Data blockchain menunjukkan bahwa pengirim tersebut mengirim 139,42 BTC. Namun, sebanyak 83,64 BTC digunakan untuk membayar biaya transaksi, sehingga penerima hanya memiliki 55,77 BTC. Biaya transaksi ini adalah pembayaran terbesar dalam sejarah Bitcoin.
Diduga bahwa biaya setinggi itu kemungkinan besar dibayarkan secara tidak sengaja. Lagi pula, meskipun melakukan transaksi Bitcoin bisa memakan biaya besar ketika jaringan sedang sibuk, biayanya tidak boleh melebihi jumlah yang dikirim.
Menurut data Bitinfocharts, transaksi tersebut diproses oleh penambang Bitcoin AntPool, di blok 818087. Bitinfocharts menunjukkan bahwa biaya rata-rata untuk melakukan transaksi di jaringan Bitcoin saat ini adalah $10,51.
Ini bukan pertama kalinya seseorang melakukan kekeliruan dalam transaksi Bitcoin sehingga menyebabkan pembayaran fee yang tinggi. Pada bulan September perusahaan kripto Paxos membayar biaya senilai $500.000 untuk memproses transaksi senilai $2.000. Namun, penambang Bitcoin F2Pool yang memvalidasi trasaksi tersebut setuju untuk mengembalikan kelebihan pembayaran ke Paxos.
Meskipun kejadian ini tampaknya merupakan kesalahan pengirim, biaya transaksi Bitcoin telah melonjak bulan ini karena hype baru seputar Bitcoin Ordinals.
Pencetakan Ordinal di blockchain Bitcoin membuat aktivitas di jaringan meningkat, sehingga biaya transaksi lebih mahal.
Meski demikian, bagi mereka yang tidak ingin membayar biaya mahal mengirim atau menerima Bitcoin, mereka bisa memilih biaya yang lebih rendah sebelum melakukan transaksi. Namun, itu berarti bahwa mereka berisiko menunggu berjam-jam karena para penambang akan memprioritaskan transaksi yang lebih menguntungkan.
Dan jika biayanya terlalu rendah, penambang mungkin mengabaikan transaksi tersebut dan transaksi tersebut tidak akan pernah mencapai tujuannya.