Peran Bitcoin dalam Krisis Perbankan Global
Saat ini dunia sedang bergulat dengan krisis perbankan. Di Amerika Serikat, banyak bank termasuk Silvergate, Silicon Valley Bank, Signature Bank, dan First Republic Bank, mengalami tekanan yang luar biasa sehingga pemerintah harus melakukan intervensi untuk mencegah krisis berkembang.
Tetapi situasi ini tidak terbatas pada AS. Bank-bank Eropa seperti Credit Suisse dan Deutsche Bank juga berjuang untuk tetap bertahan.
Akar dari krisis perbankan saat ini adalah pengetatan oleh Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) setelah bertahun-tahun menerapkan kebijakan moneter ekspansif. Dalam beberapa tahun terakhir, baik Fed maupun ECB mempertahankan suku bunga mendekati nol dan membanjiri perekonomian dengan likuiditas, terutama sebagai tanggapan terhadap pandemi Covid-19.
Ketika inflasi terjadi pada tahun 2022, kedua bank sentral itu berbalik memperketat kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga.
Akhirnya kebijakan itu menjadi masalah bagi bank. Bank bisa berkembang dengan menerima simpanan jangka pendek dan menggunakan simpanan tersebut untuk melakukan investasi jangka panjang. Bank membayar bunga atas simpanan nasabah dan berharap akan menerima return yang lebih tinggi atas investasi jangka panjang mereka. Ketika bank sentral menaikkan suku bunga jangka pendek, suku bunga yang dibayarkan pada deposito dapat melebihi pendapatan investasi jangka panjang mereka. Dalam hal itu, pendapatan dan modal bank menyusut.
Jika deposan ingin menarik simpanan mereka secara bersama-sama, maka terjadilah peristiwa yang dikenal sebagai bank run. Karena aset bank terikat dalam investasi jangka panjang, bank akhirnya kekurangan likuiditas untuk menyediakan uang tunai kepada deposan yang panik. Itulah yang dialami SVB ketika terjadi bank run, sebelum akhirnya diambil alih oleh pemerintah AS.
Bank run adalah risiko standar dalam dunia perbankan tapi bisa dihindari dengan tiga cara. Pertama, bank harus menyimpan modal yang cukup untuk menanggulangi kerugian. Kedua, jika terjadi bank run, bank sentral harus menyediakan likuiditas darurat untuk bank, sehingga dapat mengakhiri kepanikan. Ketiga, asuransi simpanan pemerintah harus menenangkan deposan.
Ketiga mekanisme tersebut mungkin gagal dalam kasus SVB. Pertama, SVB tampaknya membiarkan neracanya mengalami gangguan serius, dan regulator tidak bereaksi tepat waktu. Kedua, regulator AS menutup SVB bukannya menyediakan likuiditas darurat dari bank sentral. Ketiga, asuransi simpanan AS menjamin simpanan hanya sampai $250.000. Regulator AS baru mengumumkan akan menjamin semua simpanan nasabah setelah SVB kolaps.
SVB hanya salah satu contoh. Kenaikan suku bunga yang disebabkan oleh pengetatan Fed dan ECB juga telah merugikan bank lain.
Tapi bank run di masa depan dapat dihindari jika bank sentral dunia menyediakan likuiditas yang cukup untuk bank yang menghadapi run. Bank Sentral Swiss telah memberikan pinjaman kepada Credit Suisse untuk alasan ini. Federal Reserve juga telah memberikan pinjaman baru sebesar $152 miliar kepada bank-bank AS dalam beberapa hari terakhir.
Peran Bitcoin di Tengah Krisis Perbankan
Akibat ketidakpastian situasi perbankan, banyak investor telah beralih ke alternatif lain seperti Bitcoin.
Hal ini bisa dilihat dari kenaikan luar biasa BTC, yang melonjak 40% dari $20.000 menjadi $28.000 dalam hitungan hari setelah krisis perbankan mengemuka.
Situasi ini kembali menekankan tujuan Bitcoin diciptakan, yaitu sebagai penangkal sistem perbankan yang semakin tidak stabil.
Sifat desentralisasi Bitcoin menawarkan rasa aman dalam lanskap keuangan yang tidak stabil. Dengan tidak terikat pada satu institusi atau pemerintah, ia tetap terisolasi dari krisis ekonomi lokal.
Desentralisasi ini juga menghasilkan sistem yang transparan berkat teknologi blockchain yang mendasarinya. Hal ini menjadikan BTC menjadi alternatif yang stabil bagi mereka yang mencari perlindungan dari gejolak keuangan.
Selain itu, Bitcoin juga memiliki potensi untuk mengubah sistem pengiriman uang dan mempromosikan inklusi keuangan bagi orang yang tidak memiliki rekening bank. Apalagi, uang digital ini menawarkan biaya transaksi yang rendah dan bisa memfasilitasi transaksi lintas batas dengan lebih efisien daripada metode tradisional. Keunggulan ini sangat berharga bagi pekerja migran yang sering harus membayar biaya transfer yang tinggi saat mengirim uang ke keluarga mereka.