Ripple Akan Luncurkan Stablecoin yang Dipatok USD
Ripple, jaringan pembayaran berbasis blockchain dan penerbit cryptocurrency XRP, telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan stablecoin yang akan dipatok pada dolar AS dengan rasio 1:1.
Stablecoin Ripple 100% akan didukung oleh simpanan dolar AS, obligasi pemerintah AS, dan setara kas, yang disimpan perusahaan sebagai cadangan.
Perusahaan crypto tersebut mengatakan cadangannya akan diperhitungkan dalam laporan pengesahan bulanan yang tersedia untuk umum. Namun tidak disebutkan perusahaan mana yang akan melakukan audit.
Ripple mengatakan akan meluncurkan stablecoinnya di XRP Ledger dan Ethereum akhir tahun ini. Sebagai langkah awal, token ini hanya akan diluncurkan di AS, namun tidak menutup kemungkinan akan menawarkannya di pasar non-AS, seperti Eropa dan Asia.
Menurut perusahaan tersebut, pasar stablecoin saat ini bernilai lebih $150 miliar dan sektor ini diperkirakan akan melonjak melampaui $2,8 triliun pada tahun 2028, yang berarti ada permintaan yang jelas terhadap aset tersebut.
“Stablecoin berfungsi sebagai titik masuk penting ke DeFi, dan memperkenalkan stablecoin tingkat perusahaan yang terpercaya ke XRPLedger akan menghasilkan lebih banyak kasus penggunaan, likuiditas, dan peluang bagi pengembang dan pengguna,” kata Ripple dalam sebuah pernyataan.
Mereka menambahkan bahwa stablecoinnya, yang belum disebutkan namanya, akan sangat penting dalam memperluas jangkauannya ke ranah institusional dan DeFi, mendiversifikasi kasus penggunaan, dan meningkatkan infrastruktur pembayaran.
Pengumuman Ripple terkait stablecoin ini hadir di tengah popularitas aset digital jenis ini di kalangan trader kripto. Stablecoin menawarkan stabilitas harga dibandingkan dengan aset kripto utama seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) yang kerap mengalami fluktuasi liar.
"Pembeda utama kami adalah aset yang akan didukung dolar dan obligasi pemerintah AS, aset-aset yang sangat solid," ungkap David Schwartz, CTO Ripple, dikutip dari CoinDesk. "Kami tidak berambisi untuk memeras keuntungan sedikit demi sedikit. Kami ingin menguasai pasar dan bertahan untuk jangka panjang."
Menurut Schwartz, keputusan Ripple untuk terjun ke ranah stablecoin, di tengah gugatan yang diajukan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC), didasari pertimbangan "bisnis". Singkatnya, mereka melihat peluang menguntungkan di pasar stablecoin.
Melanjutkan pernyataannya, Schwartz berpendapat langkah ini diambil karena melihat adanya peluang bagus. "Ini adalah pasar yang sedang berkembang," ujarnya.
Selain itu, Schwartz percaya stablecoin baru ini dapat menghidupkan ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) pada XRP Ledger. Saat ini, XRP Ledger memang memiliki bursa terdesentralisasi, namun penggunanya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan blockchain lain.
Ia menambahkan bahwa transparansi, yang selama ini menjadi sorotan utama bagi penerbit stablecoin, akan menjadi fokus utama Ripple dalam peluncuran token barunya. Dia juga menjelaskan bahwa target utama token mereka adalah para pelanggan korporasi dan lembaga perbankan.
Sementara itu, CEO Ripple, Brad Garlinghouse mengatakan bahwa perusahaannya memutuskan untuk memperkenalkan stablecoin ke pasar sejak tahun lalu, sebagai tanggapan terhadap depegging token USDT milik Tether dan USDC Circle.
Pada tahun 2022, USDT tergelincir dari patokan $1 di tengah ketidakstabilan pasar akibat runtuhnya stablecoin algoritmik terraUSD. Sementara itu, USDC juga mengalami depeg pada tahun 2023, yang merupakan imbas kejatuhan Silicon Valley Bank.