
Tarif Baru Trump Ancam Dominasi AS dalam Mining Bitcoin
Kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 2 April lalu diperkirakan akan mengubah peta persaingan global dalam industri mining (penambangan) Bitcoin (BTC). Hal ini karena biaya impor peralatan penambangan yang semakin tinggi membuat AS terancam kehilangan daya saing terhadap negara-negara lain.
Menurut laporan terbaru, tarif baru ini dapat meningkatkan harga peralatan penambangan hingga 24% dibandingkan dengan negara-negara bebas tarif seperti Finlandia. CEO Hashlabs Mining, Jaran Mellerud, mengungkapkan bahwa kebijakan tarif timbal balik tersebut akan sangat memukul industri penambangan di AS yang selama ini sangat bergantung pada perangkat keras buatan Asia Tenggara, khususnya dari produsen seperti Bitmain, MicroBT, dan Canaan.
Ia menjelaskan bahwa meskipun tarif sebesar 25% untuk mesin yang diimpor dari Tiongkok telah berlaku selama beberapa tahun, para produsen berhasil menghindarinya dengan merelokasi produksi ke Asia Tenggara.
“Strategi ini efektif hingga awal bulan ini ketika Trump menaikkan tarif barang impor dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand masing-masing menjadi 32%, 24%, dan 36%,” kata Mellerud.
Hal ini membuat produsen tak bisa lagi menghindari beban biaya yang tinggi. Sebagai dampaknya, permintaan dari AS diprediksi menurun tajam, dan produsen kemungkinan akan menurunkan harga untuk menarik pembeli dari wilayah lain.
Mellerud menambahkan bahwa meskipun belum dapat dipastikan seberapa besar harga mesin akan turun, secara prinsip ekonomi, penurunan permintaan biasanya akan diikuti oleh penurunan harga.
Selain itu, kebijakan tarif ini berpotensi menggeser distribusi hashrate Bitcoin secara global. Saat ini, AS menyumbang sekitar 36% dari total hashrate Bitcoin dunia. Namun, dengan meningkatnya biaya operasional, daya tarik AS sebagai lokasi ekspansi penambangan semakin menurun. Negara-negara yang tidak terkena dampak tarif diperkirakan akan mendapatkan keuntungan kompetitif.
"Dalam gambaran yang lebih luas, hal ini dapat menyebabkan lanskap penambangan Bitcoin yang lebih beragam secara geografis daripada sebelumnya. AS mungkin akan tetap menjadi pemain utama, dominasinya akan memudar, sehingga memunculkan hashrate yang lebih terdistribusi secara global," kata Mellerud.
Meski demikian, laporan tersebut menekankan bahwa penurunan kontribusi AS terhadap pertumbuhan global hashrate tidak akan sepenuhnya menghentikan ekspansi sektor penambangan di negara itu. Penurunan hingga 36% diperkirakan sebagai batas atas, dan dampak sebenarnya kemungkinan lebih kecil.
Di sisi lain, jika pertumbuhan di AS melambat, para penambang di negara lain kemungkinan akan meningkatkan ekspansi mereka untuk mengisi kekosongan pasar.
Mellerud juga mengingatkan bahwa meski tarif ini nantinya dicabut, kepercayaan investor jangka panjang terhadap stabilitas kebijakan di AS sudah terlanjur terganggu. Ketidakpastian ini menciptakan hambatan serius bagi investasi skala besar yang sangat dibutuhkan oleh industri penambangan Bitcoin.
“Dalam industri yang sangat padat modal seperti ini, kestabilan kebijakan adalah segalanya, dan saat ini, itu adalah sesuatu yang langka,” tegasnya.
Kebijakan Trump ini juga memicu dampak yang lebih luas pada pasar saham dan kripto. Menurut laporan BeInCrypto, tarif impor sebesar 104% untuk barang dari Tiongkok membuat harga Bitcoin sempat turun di bawah level $75.000. Total kapitalisasi pasar kripto global juga anjlok 6% dalam 24 jam terakhir.