Teknologi 5G dan Metaverse Dianggap Dapat Menguntungkan Pertanian
Integrasi teknologi digital seperti jaringan seluler, 5G, nirkabel, dan metaverse diperkirakan akan menjadi titik balik bagi masa depan pertanian global. Hal ini diungkapkan dalam sebuah tinjauan ilmiah yang dipublikasikan di International Journal of Agricultural Resources, Governance and Ecology, yang menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam menghadapi tantangan seperti pertumbuhan populasi, perubahan iklim, dan keterbatasan sumber daya.
Jaringan 5G memungkinkan transmisi data berkecepatan tinggi dan konektivitas luas bagi berbagai perangkat. Dalam konteks pertanian, teknologi ini mendukung penggunaan sensor pintar yang tertanam di lahan pertanian dan rumah kaca.
Sensor tersebut dapat mengirimkan data secara real-time mengenai kondisi tanah, kesehatan tanaman, dan cuaca langsung kepada petani atau pusat kendali pertanian, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat.
Menurut tinjauan tersebut, yang disusun oleh Wenliang Tang dan Muhammad Umair Assad dari East China Jiaotong University, dkk, pemanfaatan teknologi ini tidak hanya terbatas pada pemantauan pasif. Dengan 5G, pengoperasian alat berat seperti traktor otonom dan drone pertanian juga dapat dilakukan dari jarak jauh.
Di wilayah yang menghadapi kekurangan tenaga kerja atau kondisi ekstrem yang menyulitkan kerja manual, peralatan yang dikendalikan dari jarak jauh menawarkan alternatif yang lebih aman dan efisien. Inovasi ini dinilai sangat potensial untuk mengubah praktik pertanian di negara-negara berkembang, di mana efisiensi penggunaan sumber daya dan pengurangan kerugian pasca panen sangat krusial.
Secara paralel, konsep metaverse juga mulai menemukan penerapan yang tak terduga di bidang pertanian. Teknologi virtual reality (VR) dapat digunakan sebagai platform pelatihan interaktif bagi petani, memungkinkan mereka mempelajari teknik baru atau mengoperasikan mesin kompleks tanpa perlu bepergian atau mengambil risiko langsung di lapangan. Pendekatan ini sangat bermanfaat di daerah pedesaan yang minim akses terhadap infrastruktur pendidikan konvensional.
Aplikasi metaverse yang lebih canggih meliputi penggunaan digital twins, yaitu replika virtual dari lahan pertanian nyata yang dibentuk berdasarkan data real-time. Melalui model digital ini, petani dapat mensimulasikan berbagai skenario pertanian, seperti uji coba varietas tanaman baru atau perubahan strategi irigasi, sebelum diterapkan secara langusng di lahan.
Lebih jauh lagi, metaverse juga membuka peluang kolaborasi baru. Petani, peneliti, dan pembuat kebijakan dapat bertemu dalam ruang digital tanpa terkendala jarak geografis, untuk bertukar gagasan, membahas praktik terbaik, dan merumuskan solusi atas permasalahan bersama.
Dengan semakin kompleksnya tantangan global di sektor pangan, para peneliti menyimpulkan bahwa transformasi digital berbasis teknologi tinggi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak bagi masa depan pertanian.