Ternyata, Trump Bukan Satu-satunya Penyebab Bitcoin Naik
Sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS berikutnya dalam pemilu yang berlangsung 5 November lalu, Bitcoin telah mengalami lonkan harga signifikan dan menetapkan All Time High (ATH) baru setiap hari. Saat ini, harga Bitcoin adalah $88.203, naik 30.1% dalam sepekan.
Namun, seorang analis mengatakan bahwa kemenangan Trump dalam pemilu bukan “cerita utama” di balik lonjakan Bitcoin baru-baru ini. Ia justru mengaitkannya dengan supply shock pasca-halving.
"Jika Anda bertanya-tanya apa yang terjadi dengan #Bitcoin… Ya, pemerintahan baru yang ramah terhadap Bitcoin telah memberikan katalis baru-baru ini… Namun, itu bukan cerita utama di sini," kata co-founder Onramp Bitcoin, Jesse Myers, dalam sebuah posting di X pada 11 November.
Dia menegaskan bahwa "cerita utama di sini adalah kita sudah 6+ bulan pasca-halving.”
Bitcoin mengalami Halving pada bulan April lalu, yang memangkas hadiah blok dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Ini berarti bahwa, dengan reward yang lebih kecil, penambang akan mendapatkan lebih sedikit Bitcoin untuk setiap blok yang berhasil mereka tambang.
Karena reward yang berkurang, akan ada lebih sedikit Bitcoin yang beredar di pasar, dan setiap blok akan lebih sulit diselesaikan dibanding sebelumnya. Hal ini mengurangi pasokan Bitcoin baru yang tersedia.
Myers menyebutkan bahwa karena pengurangan supply, permintaan terhadap Bitcoin di pasar akan meningkat. Ini menciptakan "supply shock" atau tekanan pasokan yang tinggi, di mana penawaran tidak cukup untuk memenuhi permintaan yang ada pada harga saat ini.
Dalam kondisi ini, satu-satunya cara untuk mencapai kembali keseimbangan antara penawaran dan permintaan adalah dengan menaikkan harga Bitcoin. Jika harga naik, hal ini akan meningkatkan minat investor yang dapat berujung pada fenomena euforia, di mana harga Bitcoin mungkin melonjak lebih tinggi lagi.
"Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan menaikkan harga, yang akan membuat harga naik menjadi mania dan bubble (gelembung), tetapi begitulah cara kerjanya," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pola bubble ini telah terjadi setelah halving pada tahun 2012, 2016, dan 2020, yang masing-masing diawali oleh kenaikan harga Bitcoin yang sangat tinggi. Berdasarkan pola ini, ia berasumsi bahwa kenaikan harga besar juga akan terjadi setelah halving berikutnya.