Tether USDT Muncul di Label Harga Toko Bandara Bolivia, Tanda Penggunaan Kripto Meningkat
CEO Tether, Paolo Ardoino, membagikan foto-foto label harga di toko bandara Bolivia yang mencantumkan harga dalam stablecoin USDt (USDT), menunjukkan peningkatan penggunaan kripto secara tidak resmi di tengah kondisi ekonomi Bolivia yang semakin memburuk.
Dalam unggahan X (Twitter) pada 7 Juni, Ardoino memperlihatkan beberapa barang seperti kacamata dan makanan ringan di bandara yang diberi label harga langsung dalam USDT ($1.00).
Salah satu foto bahkan menampilkan pemberitahuan resmi kepada pelanggan:
"Produk kami dihargai dalam USDT (Tether), mata uang kripto stabil yang nilai referensinya diinformasikan setiap hari oleh Bank Sentral Bolivia, berdasarkan kurs dari Binance."
Harga dalam USDT, Bayar Masih Pakai Uang Lokal
Meskipun pelanggan tetap membayar menggunakan mata uang lokal (Bolivianos) atau dolar AS, label harga ditetapkan dalam USDT sebagai patokan nilai tukar. Dengan demikian, USDT menjadi referensi nilai di tengah fluktuasi ekonomi yang tak menentu.
Foto-foto tersebut diambil di Duty Fly, sebuah toko bebas pajak di bandara Bolivia. Hingga artikel ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Duty Fly maupun Tether.
Adopsi USDT Meluas di Tengah Krisis Ekonomi
Meskipun belum jelas seberapa luas penggunaan USDT sebagai acuan harga di seluruh Bolivia, laporan lain menunjukkan adopsi stablecoin ini terus meningkat. Pada Oktober 2024, bank besar lokal Banco Bisa mulai menawarkan layanan kustodian untuk USDT, memungkinkan nasabah membeli, menjual, dan mentransfer USDT melalui bank.
Ekonomi Bolivia Terpuruk, Rakyat Beralih ke Kripto
Bolivia menghadapi kemerosotan ekonomi yang serius. Cadangan devisa yang dapat digunakan anjlok dari $15 miliar (2014) menjadi hanya $1,98 miliar pada Desember 2024, setara dengan hanya 2,9 bulan impor. Dari total tersebut, kurang dari $50 juta berupa uang tunai, sisanya berupa emas.
Negara ini juga memiliki pasar gelap dolar yang aktif, dengan nilai tukar mencapai 10 Bolivianos per USD pada pertengahan 2024, jauh di atas kurs resmi yang mendekati 7 Bolivianos per USD.
Pemerintah Bolivia juga menghabiskan sekitar $56 juta per minggu untuk impor bahan bakar, tetapi tetap mengalami kelangkaan nasional. Inflasi pun melonjak tajam:
-
Indeks Harga Konsumen (CPI): 14,6% (Maret 2025)
-
Inflasi makanan: 25%
-
Harga beras: naik 58% dalam setahun
Stabilitas USDT Jadi Andalan
Salah satu foto Ardoino menunjukkan sebungkus Oreo dihargai antara 15 hingga 22 USDT, mencerminkan anjloknya daya beli mata uang lokal dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai stabil dari stablecoin seperti USDT.