
PWC: AI Berdampak Positif bagi Dunia Kerja, Abaikan Narasi “AI Akan Menghancurkan Pekerjaan”
Prediksi tentang kecerdasan buatan (AI) sering kali didominasi oleh narasi kiamat: AI akan mengambil alih pekerjaan, menyebabkan pengangguran massal, bahkan kehancuran populasi global. Namun, laporan baru dari PricewaterhouseCoopers (PWC) justru menyajikan perspektif yang sangat berbeda — AI bukan musuh pekerjaan, melainkan pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan karyawan.
Narasi Kiamat AI: Populasi Dunia Akan Runtuh?
Beberapa media besar baru-baru ini mengutip pernyataan Subhash Kak, seorang profesor di Oklahoma State University, yang memperkirakan AI akan menyebabkan populasi dunia anjlok dari 8 miliar menjadi hanya 100 juta orang pada tahun 2300. Alasannya? AI dan robot akan mengambil alih seluruh pekerjaan, membuat orang tidak mampu memiliki anak. Namun pernyataan ini lebih banyak dijadikan promosi bukunya sendiri berjudul Age of Artificial Intelligence daripada berdasarkan data kuat.
Kekhawatiran Nyata: Pemangkasan Pekerjaan Entry Level
Kekhawatiran terhadap kehilangan pekerjaan akibat AI bukan hal baru. CEO Anthropic, Dario Amodei, memperkirakan bahwa setengah dari pekerjaan level pemula akan hilang dalam lima tahun ke depan, dengan tingkat pengangguran berpotensi melonjak ke 10-20%. Bahkan data dari Oxford Economics menunjukkan bahwa posisi entry-level di bidang seperti keuangan dan ilmu komputer memang mulai tergeser.
Laporan dari Signalfire juga mencatat perekrutan software engineer baru dengan pengalaman kurang dari satu tahun turun 24% pada tahun 2024.
Pew Research: AI Meningkatkan Produktivitas Karyawan
Namun di sisi lain, survei dari Pew Charitable Trusts menemukan bahwa 42,3% pekerja di AS kini menggunakan AI generatif di tempat kerja. Penggunaan ini mencakup sekitar sepertiga tugas harian mereka, dan terbukti mampu meningkatkan produktivitas hingga tiga kali lipat.
Laporan PWC: Gaji Naik, Produktivitas Melonjak
Analisis PWC terhadap 1 miliar iklan lowongan kerja dan ribuan laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa AI justru membuat karyawan lebih bernilai. Industri yang cepat mengadopsi AI mencatat pertumbuhan pendapatan per karyawan tiga kali lipat lebih cepat dan kenaikan gaji dua kali lipat dibanding industri yang lambat beradaptasi.
Pekerja dengan keahlian seperti prompt engineering menerima premi gaji hingga 56%. Bahkan pekerjaan yang sangat bisa diautomasi, seperti layanan pelanggan, justru berkembang karena AI mengurangi tugas repetitif dan memberi ruang untuk pekerjaan bernilai lebih tinggi.
PWC menekankan bahwa keahlian dalam industri terdampak AI berkembang 66% lebih cepat dibanding sektor lainnya. Jadi, adaptasi dan pelatihan ulang adalah kunci.
Sektor yang Paling Terdampak dan Tidak Terdampak AI
Studi dari Yijin Hardware mengungkapkan sektor kesehatan menjadi yang paling terdampak AI, dengan investasi sebesar $4,2 miliar untuk pengembangan teknologi seperti analisis MRI, X-ray, hingga penciptaan obat. Sektor keuangan menempati posisi kedua, diikuti oleh marketing, hukum, dan pendidikan.
Sementara itu, sektor konstruksi, asuransi, real estate, manufaktur, dan pertanian masih tergolong minim gangguan AI — setidaknya untuk saat ini.
AI dan Riset Pasar: Uji Produk pada Masyarakat Simulasi
Startup baru kini mencoba menggantikan riset pasar tradisional dengan masyarakat simulasi berbasis AI. Agen-agen digital yang mewakili konsumen Gen Z dan milenial diminta berinteraksi, menonton konten, berbelanja, hingga membuat ulasan palsu dalam lingkungan simulasi, memberikan alternatif riset yang lebih murah dan cepat.
Luma AI: Akhir Era Studio Efek Visual?
Teknologi terbaru Luma AI memungkinkan siapa pun untuk memodifikasi video secara instan tanpa greenscreen atau perangkat lunak CGI rumit. Hasilnya? Efek visual berkualitas tinggi bisa diciptakan dalam waktu singkat tanpa mempekerjakan ratusan staf seperti di industri VFX tradisional.