Think Tank China Soroti Bitcoin sebagai Aset Cadangan, CEO Upbit Mundur, Sony Bank Masuk Web3
Think Tank Keuangan Tiongkok Angkat Bitcoin Sebagai Aset Strategis
Lembaga think tank milik pemerintah Tiongkok, International Monetary Institution (IMI), baru saja menerbitkan ulang sebuah artikel yang secara halus mengangkat Bitcoin sebagai calon aset cadangan strategis.
Artikel tersebut ditulis oleh Matthew Ferranti, mantan ekonom Gedung Putih, dan pertama kali diterbitkan oleh Bitcoin Policy Institute pada Oktober lalu. Dalam laporan itu, Ferranti berargumen bahwa Bitcoin bisa menjadi lindung nilai (hedge) yang efektif bagi bank sentral di negara berkembang, terutama yang rentan terhadap “senjata finansial” berbasis dolar AS.
IMI memuat ulang artikel tersebut pada 28 Mei melalui akun resmi WeChat-nya, disertai catatan editorial yang menyebut bahwa kenaikan Bitcoin sebagai aset cadangan “layak untuk terus diperhatikan.”
Dalam catatan editorialnya, IMI menekankan bahwa daya tarik aset dolar AS kian menurun karena defisit anggaran, inflasi, dan penurunan imbal hasil riil. Akibatnya, emas menghadapi tantangan baru dan Bitcoin mulai muncul sebagai pesaing serius untuk cadangan strategis.
“Bitcoin sedang bertransisi dari aset spekulatif menjadi aset cadangan strategis,” tulis IMI.
IMI berdiri sejak 2009 dan beroperasi sebagai lembaga nirlaba di bawah Renmin University of China, universitas negeri yang turut didirikan oleh Kementerian Pendidikan dan Pemerintah Kota Beijing. Lembaga ini dikenal sebagai wadah pemikiran kebijakan moneter yang berisi akademisi senior dan penasihat kebijakan.
Meski bukan pernyataan resmi dari bank sentral maupun perubahan kebijakan legislatif, komentar IMI ini menjadi isyarat lembut bahwa Bitcoin mulai dipertimbangkan dalam strategi cadangan global, meski belum sampai pada tahap dukungan penuh.
Hal ini cukup mencolok mengingat Tiongkok masih memberlakukan larangan ketat terhadap aktivitas kripto seperti perdagangan dan penambangan. Namun, ironisnya, salah satu think tank paling berpengaruh di negeri tersebut justru terbuka membahas Bitcoin sebagai pelindung dari risiko dolar AS — isu yang selama ini menjadi kekhawatiran utama Beijing.
Di sisi lain, Tiongkok tetap aktif mengembangkan mata uang digital bank sentral (CBDC) bernama e-CNY dan terus mengikuti perkembangan diskusi global seputar fintech dan aset digital.
CEO Terlama di Bursa Kripto Korea Selatan Mengundurkan Diri
Lee Sirgoo, CEO Dunamu — operator dari bursa kripto terbesar Korea Selatan, Upbit — resmi mengundurkan diri dari jabatannya.
Dalam pernyataan tertulis, Lee menyebut keputusannya diambil karena merasa perlunya tantangan baru bagi pertumbuhan perusahaan serta alasan kesehatan pribadi. Pengunduran dirinya efektif mulai 1 Juli, namun ia akan tetap menjadi penasihat perusahaan.
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak di industri kripto Korea karena Lee sebelumnya diperkirakan akan memimpin hingga akhir 2026.
Pada Februari lalu, Unit Intelijen Keuangan Korea Selatan (FIU) sempat menjatuhkan sanksi pembekuan sebagian layanan selama tiga bulan kepada Upbit atas dugaan pelanggaran verifikasi pelanggan. Dunamu mengajukan banding ke pengadilan dan larangan tersebut akhirnya ditangguhkan sementara.
Namun, juru bicara Dunamu menegaskan bahwa pengunduran diri Lee tidak terkait dengan sanksi tersebut.
“Masalah kesehatannya tidak serius. Ia hanya kelelahan karena beban kerja dan merasa ini saat yang tepat untuk istirahat,” ujarnya.
Dunamu telah mengusulkan Oh Kyung-seok, CEO perusahaan pakaian Panko sekaligus mantan hakim, sebagai pengganti Lee. Penunjukan resmi akan dilakukan pada rapat pemegang saham dan dewan direksi pada 27 Juni.
Sony Bank Resmi Terjun ke Web3 dan Blockchain
Unit perbankan milik Sony Group, Sony Bank, mengumumkan pendirian anak perusahaan baru yang sepenuhnya berfokus pada bisnis Web3 dan blockchain.
Keputusan ini diambil pada rapat direksi Sony Bank tanggal 27 Mei. Anak perusahaan tersebut dijadwalkan akan resmi berdiri pada Juni dan mulai beroperasi pada musim gugur 2025.
Sony Bank menyatakan bahwa langkah ini didorong oleh meningkatnya relevansi layanan berbasis blockchain, seperti dompet kripto, infrastruktur NFT, dan platform pertukaran aset digital.
Perusahaan baru ini akan bekerja berdampingan dengan inisiatif Web3 yang sudah dimiliki Sony Bank melalui aplikasi selulernya, Sony Bank CONNECT, yang menawarkan layanan keuangan dengan orientasi hiburan. Pada 2024, mereka juga telah menguji stablecoin berbasis yen Jepang untuk keperluan gaming.
Sony Group sendiri juga menjalankan Soneium, sebuah blockchain layer-2 berbasis Ethereum.