XRP Jadi Aset Berkinerja Terbaik di Thailand
XRP mencatatkan pengembalian tertinggi di antara semua kelas aset utama di Thailand, melesat hingga 390% secara tahunan pada Agustus, menurut laporan terbaru pasar aset digital dari Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand (SEC Thailand).
Token XRP kini telah memimpin peringkat kinerja SEC selama sembilan bulan berturut-turut, melampaui emas, saham, dan tolok ukur lain yang tercatat dalam basis data regulator. Solana menjadi aset terakhir selain XRP yang menempati posisi puncak di Thailand. Sementara itu, Bitcoin dan Ethereum melengkapi tiga besar aset dengan kinerja terbaik pada Agustus.
Pasar kripto Thailand terus menunjukkan pertumbuhan. Volume perdagangan bulanan naik 2,05% menjadi 299,4 miliar baht (sekitar US$8,2 miliar), sementara jumlah akun aktif meningkat 8,44% menjadi 230.000. Investor ritel mendominasi dengan 42% dari total perdagangan, diikuti oleh investor institusi (21%), badan hukum (18%), dan investor asing (16%).
Meski adopsinya meningkat, kripto masih dilarang sebagai alat pembayaran di Thailand, dengan pengecualian program percontohan untuk transaksi pariwisata. Di media sosial, beberapa pengguna menilai kripto bisa menjadi alternatif bagi lebih dari 3 juta warga lokal yang baru-baru ini kehilangan akses bank akibat penertiban nasional terhadap “akun mule” — rekening yang awalnya sah, tetapi kemudian disewakan atau dijual kepada pihak ilegal.
Warga perlu meningkatkan literasi terkait dompet kripto jika ingin menjadikannya sebagai cara alternatif menyimpan aset. Penertiban tersebut juga mencakup bursa kripto.
Stablecoin AnchorX Berbasis Yuan Offshore China
Sebuah penerbit stablecoin berbasis Kazakhstan meluncurkan token digital yang dipatok pada yuan offshore China (CNH).
AnchorX mengumumkan pada Februari bahwa mereka menerima persetujuan prinsip dari otoritas keuangan Kazakhstan untuk menerbitkan stablecoin offshore yuan AxCNH di blockchain publik Conflux, yang mendapat dukungan kebijakan di Tiongkok. Stablecoin ini ditargetkan untuk penyelesaian dan pembayaran bagi perusahaan Tiongkok di luar negeri serta mitra Belt and Road Initiative (BRI), strategi perdagangan global ambisius Beijing.
Perdagangan China dengan negara mitra BRI mencapai 22,1 triliun yuan (sekitar US$3,1 triliun) pada 2024, dengan lebih dari separuh impor berasal dari negara-negara mitra BRI.
Peluncuran stablecoin berbasis yuan ini tidak serta-merta menandakan perubahan sikap China terhadap kripto atau memberi sinyal bahwa Beijing akan melegalkan stablecoin, meskipun sempat muncul rumor. Aktivitas inti seperti perdagangan dan mining masih dilarang di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut.
Mata uang China, renminbi, beroperasi di dua pasar berbeda. Yuan onshore (CNY) hanya beredar di daratan utama dengan kontrol modal ketat, sementara yuan offshore (CNH) digunakan secara internasional untuk perdagangan dan pembayaran.
Setelah Hong Kong memperkenalkan regulasi stablecoin, beberapa perusahaan besar China dilaporkan melobi bank sentral untuk mendapatkan izin menerbitkan stablecoin berbasis yuan di kota tersebut, yang merupakan pasar terbesar untuk CNH. Namun, laporan terbaru menunjukkan sebagian perusahaan mulai mundur dari persaingan stablecoin di Hong Kong.