
AI dan Blockchain, Pasangan Serasi untuk Masa Depan Teknologi
Para raksasa teknologi dunia terus meneriakkan revolusi kecerdasan buatan (AI) — dari Bill Gates, Sundar Pichai, hingga Jensen Huang — menandakan bahwa agentic AI dan robotik akan mengambil alih pekerjaan manusia dan menjadi asisten otonom dalam kehidupan profesional maupun pribadi kita.
Apakah skenario ini akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan atau beberapa dekade lagi, kemungkinan besar kita akan bergerak ke arah masa depan tersebut dalam satu atau lain cara. Sekali lagi, teknologi akan membentuk ulang cara hidup kita. Namun, tanpa dukungan teknologi blockchain, evolusi agentic AI dan robotik seperti yang diharapkan para pendukungnya bisa menjadi sangat sulit, bahkan mungkin mustahil.
Jika kita ingin layanan dan perangkat ini bertindak secara otonom, maka keamanan, privasi, transparansi, dan akuntabilitas akan menjadi prioritas utama. Inilah area di mana blockchain bersinar dan mampu melengkapi kelemahan AI untuk mendorong skalabilitas dan pertumbuhan visi besar ini.
Kekuatan Blockchain Menopang Kelemahan AI
Blockchain dapat secara signifikan memperkuat keamanan model AI melalui fitur-fitur kuncinya seperti desentralisasi, imutabilitas, keterlacakan, smart contract, privasi data, dan verifikasi identitas. Beberapa contohnya:
Desentralisasi menghilangkan titik serangan tunggal, membuat model AI lebih tahan terhadap peretasan.
Imutabilitas memastikan data pelatihan dan model AI tidak bisa diubah secara ilegal, menjaga integritas sistem.
Setiap keputusan dan perubahan pada AI dapat ditelusuri secara transparan melalui blockchain, menciptakan akuntabilitas tinggi.
Smart contract dapat mengatur dan menegakkan aturan penggunaan data secara otomatis, mencegah penyalahgunaan data dan model AI.
Smart contract juga bisa memastikan data hanya digunakan oleh pihak yang berwenang untuk pelatihan atau pengujian, mengunci akses dari penggunaan di luar tujuan.
Kalkulasi multi-pihak yang aman (secure multiparty computation) di atas blockchain menjaga privasi data selama pelatihan model AI.
Verifikasi identitas berbasis blockchain meningkatkan keamanan sistem AI dengan membatasi akses dari pihak tak berwenang.
Integrasi AI dan blockchain dapat menciptakan lingkungan AI yang aman, transparan, dapat dilacak, dan terdesentralisasi, melindungi privasi pengguna serta mendorong akuntabilitas dan tanggung jawab dalam implementasi AI.
Transaksi: AI yang Dapat Diprogram Bertemu Blockchain yang Dapat Diprogram
AI dan robotik adalah sistem yang bisa diprogram. Smart contract — mesin penggerak aset digital — juga bisa diprogram. Maka masuk akal jika aset digital (crypto) menjadi sistem pembayaran utama dalam interaksi antara agen AI dan manusia, bahkan antar AI itu sendiri.
Crypto adalah uang yang lahir di internet, bisa diprogram, dan punya banyak keunggulan untuk mendukung ekonomi berbasis agen. Seiring agen AI makin otonom dan melakukan mikrotransaksi dalam skala besar, efisiensi, sifat lintas batas, dan kemampuan pemrograman dari crypto menjadikannya media tukar yang ideal dibanding sistem fiat tradisional.
Persimpangan Nyata antara Web3 dan Agentic AI
Pertemuan nyata antara Web3 dan AI otonom untuk transaksi keuangan bisa hadir dalam bentuk token dan protokol baru yang dirancang khusus. Ini bisa memperluas fungsi stablecoin dengan fitur-fitur khusus untuk agen.
Contohnya:
Pembayaran bisa dilakukan dengan aset khusus yang memungkinkan agen melakukan staking sebagai jaminan kualitas.
Slashing bisa dikenakan jika performa agen buruk.
Validator bisa digunakan untuk menyelesaikan sengketa berdasarkan kualitas tugas.
Reputasi agen AI bisa dikaitkan langsung dengan jumlah token yang mereka stake.
Smart contract bisa memberikan kontrol penuh ke pengguna atas agen AI mereka — termasuk tombol darurat untuk menonaktifkan agen yang membahayakan.
Contohnya, Goldman Sachs bisa menciptakan agen AI yang bertindak seperti karyawan senior di industri keuangan yang sangat diatur. Dalam konteks ini, kontrol berbasis token bukan pilihan, tapi kebutuhan untuk menghindari risiko sistemik pada pasar keuangan.
Ini Bukan Lagi Mimpi Jauh
Pendekatan ini membutuhkan kemajuan di bidang Web3 dan AI, tapi nyatanya, perkembangan ini sudah berjalan.
Perusahaan blockchain Skyfire baru-baru ini meluncurkan platform pembayaran yang memungkinkan agen AI melakukan pengeluaran dana secara otonom. Dipimpin mantan VP Ripple Amir Sarhangi, Skyfire memungkinkan bisnis memberi agen AI dompet digital yang sudah terisi dana. Dana tersebut kemudian dikonversi ke stablecoin USDC.
Pada Maret lalu, Skyfire meluncurkan versi publik dari jaringan pembayarannya yang memungkinkan agen AI bertransaksi sendiri.
Penggunaan aset digital oleh robotik, perangkat VR, dan AI otonom bukan hanya soal metode pembayaran. Ini juga menyangkut pengalaman pengguna, keamanan, dan potensi bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Akan sangat menarik melihat ke mana arah semua ini berkembang — dan apakah perusahaan lain akan ikut mengikuti.
Namun tetap, ada risiko yang harus dikelola, dan kita harus memastikan setidaknya semua potensi masalah bisa diminimalkan. Di sinilah keamanan blockchain memainkan peran penting.
Jangan Hanya Fokus ke AI — Lihat Ekosistem Secara Menyeluruh
Banyak perhatian hari ini tertuju pada evolusi AI — dari generative AI, agentic AI, hingga model AI yang berinteraksi dengan dunia fisik. Semua ini berangkat dari asumsi bahwa AI adalah satu-satunya teknologi yang dibutuhkan.
Padahal, ini adalah pendekatan yang terlalu sempit (tunnel vision). Kita tidak akan bisa membangun ekosistem berkelanjutan hanya dengan kemajuan AI. AI tetap butuh pondasi — dan pondasi itu adalah blockchain.
Maka dari itu, kita perlu pendekatan multifaset: memikirkan dan mengembangkan AI dan Web3 secara berdampingan — dalam hal inovasi, regulasi, dan infrastruktur.
"Mimpi dibangun di atas pondasi yang kuat."
Dan sekarang adalah waktunya untuk membangunnya.