Dalam dua hari terakhir, Bitcoin (BTC) mencatat lonjakan signifikan dan kembali menembus level $100.000. Pada saat artikel ini ditulis, BTC diperdagangkan di harga $100.302, dengan kenaikan tipis 0,2% dalam 24 jam terakhir, dan 8,6% dalam sepakan.

Meskipun mengalami peningkatan, pergerakan ini mencerminkan tantangan BTC dalam mempertahankan momentum kenaikannya. Hal ini memicu prediksi analis terhadap potensi tren bearish di pasar kripto.

Analis dari CryptoQuant, Yansei Dent, mengungkapkan bahwa Bitcoin memasuki fase stagnasi, dengan aktivitas alamat aktif menunjukkan melemahnya momentum pasar. Dent mencatat munculnya death cross pada Day Moving Average 30 hari (DMA 30) dan 365 hari (DMA 365), yang menjadi indikasi penurunan aktivitas jangka pendek di antara investor.

Secara historis, pola serupa pada aktivitas alamat aktif sering dikaitkan dengan kondisi pasar bearish, menjadi indikator negatif bagi BTC.

Selain itu, jumlah transaksi Bitcoin terus menurun sejak kuartal keempat tahun 2024, yang semakin memperkuat kemungkinan stagnasi pasar dalam jangka menengah hingga panjang.

Melemahnya aktivitas pasar juga tercermin melalui penurunan pada indikator NVT Golden Cross, yang kini berada di zona negatif -1,1. Ketika indikator ini mencapai level negatif, hal ini menunjukkan penurunan nilai pasar Bitcoin relatif terhadap aktivitas transaksinya.

Kondisi ini semakin diperkuat oleh DAA Divergence yang negatif, yang menandakan melemahnya fundamental pasar dan mengindikasikan bahwa nilai BTC saat ini mungkin tidak berkelanjutan.

Di sisi lain, premi pasar dana Bitcoin juga menurun ke level -0,08, menandakan bahwa harga kontrak berjangka diperdagangkan di bawah harga spot. Hal ini mencerminkan tingginya permintaan untuk posisi jual (short positions).

Kenaikan harga Bitcoin ke level $100.000 sebagian besar didorong oleh aktivitas spekulatif, terutama setelah dirilisnya data inflasi AS. Namun, dengan melemahnya fundamental pasar, BTC diperkirakan akan tetap terkonsolidasi dalam rentang $94.000 hingga $100.000.