
Bitcoin Kian Mirip Saham Teknologi, Analis Soroti Pengaruh Pasar Tradisional
Bitcoin, yang selama ini dipromosikan sebagai alternatif desentralisasi terhadap sistem keuangan tradisional, kini justru menunjukkan perilaku yang sangat mirip dengan pasar saham, terutama saham teknologi. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan investor: masihkah Bitcoin benar-benar independen?
Pendiri Barstool Sports, Dave Portnoy, mengutarakan kekhawatiran yang juga dirasakan banyak pelaku pasar. “Jika tujuan Bitcoin adalah untuk independen dari Dolar AS dan tidak diatur, mengapa sekarang pergerakannya sangat mirip dengan pasar saham AS?” tulis Portnoy di media sosial, Kamis (03/04). “Pasar naik, Bitcoin naik. Pasar turun, Bitcoin ikut turunm," tambahnya.
Bahkan, korelasi antara Bitcoin dan pasar saham semakin terlihat jelas dalam peristiwa ekonomi besar. Setelah Presiden Donald Trump menetapkan tarif baru terhadap sejumlah impor pada Rabu lalu, pasar saham AS mengalami penurunan tajam. Indeks Dow Jones turun 3,98%, S&P 500 merosot 4,84%, dan Nasdaq anjlok 5,97%. Sementara itu, harga Bitcoin juga jatuh 5,5% dalam 24 jam terakhir, kini diperdagangkan di bawah US$82.000, jauh dari rekor tertingginya di kisaran US$109.000 pada Januari lalu.
Kepala riset Amberdata, Mike Marshall, menyatakan bahwa kemiripan pergerakan Bitcoin dengan pasar tradisional bukanlah kebetulan. Menurutnya, perubahan ini dipercepat setelah Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui ETF Bitcoin spot pada awal 2024, yang membuka pintu bagi investor institusional untuk masuk dalam skala besar.
“Korelasi ini terjadi terutama karena investor institusional besar mulai membeli Bitcoin dan memperlakukannya seperti saham berisiko, terutama perusahaan teknologi, terlebih lagi setelah persetujuan instrumen seperti ETF, yang membuat institusi dalam skala besar lebih mudah mendapatkan eksposur," jelas Marshall, dikutip dari Decrypt.
"Sekarang, Bitcoin sering naik atau turun tergantung pada kondisi ekonomi yang lebih luas, seperti suku bunga, inflasi, atau kebijakan Federal Reserve," lanjut Marshall. "Ketika investor merasa yakin dan membeli lebih banyak saham, Bitcoin yang berisiko akan ikut naik; ketika mereka merasa gugup dan menjual saham, Bitcoin yang berisiko akan turun juga."
Marshall menambahkan bahwa meskipun Bitcoin masih bisa bereaksi terhadap berita-berita khusus dari dunia kripto, dampaknya kini seringkali tertutupi oleh tren ekonomi global yang sama mempengaruhi pasar saham.
“Bitcoin secara efektif bertindak seperti investasi berisiko yang terikat pada sektor teknologi, bukan lagi aset independen atau tempat berlindung yang aman,” ujarnya.
Seiring semakin banyaknya analis dan pelaku pasar yang mempertanyakan independensi Bitcoin, muncul anggapan bahwa aset kripto ini mungkin telah menjadi bagian dari sistem yang awalnya ingin ia gantikan.
“Masih terlalu dini untuk memulai,” ujar analis ETF Bloomberg, Eric Balchunas. “Dengan potensi pertumbuhan yang besar, Bitcoin saat ini berperilaku seperti saham teknologi.”
Namun demikian, sebagian pendukung Bitcoin jangka panjang melihat gejolak ini sebagai ujian yang akan membedakan antara spekulan jangka pendek dan investor sejati. CEO Swan Bitcoin, Cory Klippsten, menekankan bahwa nilai Bitcoin tidak terletak pada pergerakan harga jangka pendek.
“Pergerakan harga yang Anda lihat adalah ‘noise’ jangka pendek dari trader institusi yang memperlakukan BTC seperti saham teknologi,” kata Klippsten. “Tapi proposisi nilai Bitcoin bukan soal untung cepat—ini adalah jalan keluar jangka panjang dari fiat. Bitcoin tetap menjadi aset terkeras yang pernah diciptakan.”