Bull Market atau Bear? Trader Panik Saat Bitcoin Turun di Bawah Rata-Rata 365 Hari
Harga Bitcoin (BTC) kembali melemah pada Selasa (4/11), turun di bawah level psikologis $99.000 dan menembus indikator makro penting, yaitu rata-rata pergerakan 365 hari (365-day moving average). Penurunan ini kembali memicu perdebatan di kalangan trader mengenai apakah pasar kripto sedang memasuki fase bear market atau hanya mengalami koreksi sementara.
Menurut Julio Moreno, Kepala Riset di platform analisis data CryptoQuant, penurunan harga di bawah rata-rata 365 hari merupakan sinyal teknikal penting.
Ini adalah konfirmasi terakhir dimulainya pasar bear tahun 2022, tulis Moreno di akun X (Twitter). Harga harus segera naik kembali di atas level ini.
Data dari Coinbase menunjukkan bahwa harga Bitcoin sempat menyentuh level terendah beberapa bulan terakhir di kisaran $98.900, sebelum kembali naik tipis ke sekitar $101.800 pada waktu publikasi berita ini.
Indikator Teknis Kunci: Rata-Rata 365 Hari Bitcoin
Rata-rata pergerakan 365 hari (365-day moving average) adalah indikator teknikal yang melacak harga rata-rata Bitcoin selama satu tahun terakhir untuk mengukur arah tren pasar.
Para pengamat pasar menganggap indikator ini sebagai salah satu metrik paling penting untuk menilai sentimen investor Bitcoin. Jika harga BTC turun di bawahnya, hal ini sering dianggap sebagai sinyal kuat dari tren bearish.
Per 4 November pukul 09.00 UTC, rata-rata pergerakan Bitcoin berada di kisaran $102.000, menurut data Decode. Menariknya, ini bukan pertama kalinya BTC turun di bawah level tersebut tahun ini pada April lalu, harga juga sempat menembus di bawah rata-rata itu sebelum kembali naik.
Koreksi Sehat atau Awal Musim Dingin Kripto?
Menurut analis riset Bitrue, Andri Fauzan Adziima, penurunan Bitcoin pada Selasa ini secara teknikal menandai masuknya bear market, karena harga BTC telah turun lebih dari 20ri level tertingginya di atas $126.000 pada awal Oktober.
Namun ini hanyalah koreksi keempat dalam siklus bull 2025, semacam routine cleanse yang normal, bukan awal dari musim dingin kripto berkepanjangan, jelas Adziima kepada Cointelegraph.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan data historis, pasar bull biasanya mengalami rebound hingga 40lam waktu 60 hari setelah penurunan 20%.
Sementara itu, Tom Cohen, Kepala Investasi dan Perdagangan di Algoz Technology, menilai belum ada alasan kuat untuk menyebut kondisi ini sebagai pasar bear.
Selama level $100.000 belum benar-benar ditembus jauh, kami belum melihat tanda pasti dari bear market, ujarnya.
Menurut Cohen, pasar justru bisa bersiap menuju Santa Claus rally atau reli akhir tahun.
Tentu saja, semua ini sangat bergantung pada kondisi makroekonomi, kebijakan Presiden Trump dalam beberapa minggu ke depan, serta keputusan suku bunga AS pada Desember mendatang, tambahnya.