
CEO Epic Games: Metaverse Tak Harus Bergantung pada VR dan Kripto
Baru-baru ini, CEO Epic Games, Tim Sweeney, membagikan pandangannya yang jujur soal masa depan metaverse dalam sebuah podcast berdurasi empat jam bersama Lex Fridman. Ia menepis anggapan umum bahwa virtual reality (VR) dan aset kripto merupakan elemen utama dalam membangun metaverse.
Menurut Sweeney, pandangan tersebut lebih merupakan “hype” daripada kebutuhan nyata. Ia menyebut bahwa dunia digital yang berkembang saat ini tidak membutuhkan teknologi seperti VR atau blockchain untuk tumbuh dan menjadi metaverse yang utuh.
“Sayangnya, banyak ide dicampuradukkan karena orang berusaha membesarkan hal yang berbeda,” ujar Sweeney. Ia menambahkan bahwa teknologi VR hanya melayani audiens yang kecil dan tidak diperlukan untuk menciptakan pengalaman digital layaknya metaverse.
Meski mengakui bahwa VR memiliki kegunaan dalam konteks tertentu, Sweeney meragukan daya tarik massalnya, terutama di kalangan komunitas gamer yang telah memiliki pengalaman digital mapan.
Hal serupa ia sampaikan soal kripto. Ia menganggap bahwa menyamakan kripto dengan metaverse adalah penyederhanaan berlebihan terhadap konsep nilai di ruang digital. “Kamu bisa melakukan transaksi dengan uang biasa, NFT, atau yang lainnya. Tapi tidak ada yang membuat ekonomi digital masa depan secara fundamental membutuhkan kripto,” tegasnya.
Sweeney kemudian memaparkan visinya tentang metaverse sebagai dunia digital luas yang dibentuk oleh jutaan kreator independen, jauh lebih kompleks dibanding situs web atau gim konvensional. Ia menggambarkan dunia maya yang terus berevolusi, di mana pengguna menciptakan dan memodifikasi isi dunia tanpa kendali dari otoritas pusat.
“Halaman web hanyalah satu paket kode dan konten yang dirilis sebuah perusahaan. Metaverse adalah gabungan kode dan konten dari jutaan orang berbeda,” jelasnya.
Ia mencontohkan Fortnite, gim andalan Epic Games, yang sudah mendukung pembaruan detail tinggi hingga 60 gigabyte. Menurutnya, ini baru satu bagian kecil dari potensi besar dunia kreatif yang akan datang.
Sweeney membayangkan masa depan metaverse dengan skala data hingga eksabita, dibentuk oleh kontribusi para pengembang, kreator indie, dan penggemar. Dunia ini, katanya, akan bersifat dinamis, dengan aturan gim yang bisa disesuaikan di setiap ruang digital.
Meski mengakui bahwa teknologi saat ini belum cukup untuk mewujudkan visi itu sepenuhnya, Sweeney yakin bahwa fondasinya sudah mulai terbentuk. Fortnite dan Roblox, menurutnya, adalah bukti nyata awal dari metaverse, dunia digital tempat jutaan orang bersosialisasi dan bermain bersama dalam pengalaman multiplayer yang terus berkembang.
“Kamu dan teman-temanmu berkumpul di dunia 3D dan bersenang-senang dengan cara apa pun yang kalian inginkan,” ucapnya.
Sweeney mengungkapkan bahwa momen pertama timnya menyadari metaverse mulai terbentuk adalah ketika mereka mulai bermain Fortnite bersama teman-teman. Ia menyebut kerja sama dengan Sony yang memungkinkan permainan lintas platform sebagai tonggak utama dalam menciptakan pengalaman sosial sejati.
Walau demikian, Sweeney menilai industri ini masih berada di tahap awal dan perjalanan menuju metaverse ideal masih panjang. “Saat kita menoleh ke kondisi gim saat ini, kita akan sadar bahwa masih ada jalan panjang menuju versi akhirnya. Tapi semuanya sudah berada di jalur yang tepat,” tutupnya.