
Harga Bitcoin Terkoreksi 7% ke Bawah $98K, Ini Penyebabnya
Pada hari Senin (27/01/2025), harga Bitcoin mengalami koreksi tajam sebesar 7%, dari harga $105.201 ke harga $97.742. Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari 10 hari BTC turun di bawah $98.000. Namun pada hari Selasa, bitcoin kembali di atas level support $100.000, dan diperdagangkan di harga $101.509, dengan perubahan harga 0,2% dalam 24 jam.
Namun, meskipun sempat mengalami penurunan harga sebesar $7.320 ke level $97.754, metrik derivatif Bitcoin tetap stabil. Hal ini menunjukkan bahwa para whale dan desk arbitrase sudah mempersiapkan diri menghadapi koreksi.
Sementara itu, premium tahunan futures Bitcoin, yang mencerminkan permintaan leverage, tetap berada di atas ambang batas netral 10%, meskipun harga sempat turun ke level terendah dalam 10 hari. Hal ini menunjukkan tidak adanya kepanikan atau peningkatan permintaan posisi short.
Selanjutnya, skew opsi Bitcoin, yang mengukur perbedaan harga antara opsi beli (call) dan opsi jual (put), juga menunjukkan ketahanan. Meskipun sempat bergeser dari -7% ke -2% saat harga turun, para trader profesional dengan cepat menyesuaikan posisi, mengembalikan skew ke level -6%, mendekati batas wilayah netral-bullish.
Untuk mengukur sentimen pasar secara lebih luas, permintaan stablecoin di Tiongkok menjadi indikator penting. Ketika trader keluar dari pasar kripto, Tether (USDT) biasanya diperdagangkan dengan diskon terhadap kurs Yuan resmi. Sebaliknya, saat pasar bullish, stablecoin bisa diperdagangkan dengan premium lebih dari 1,5%.
Saat ini, USDT diperdagangkan dengan diskon 0,7% terhadap kurs USD/CNY resmi, menunjukkan tekanan jual yang moderat. Namun, ini merupakan perbaikan dibanding beberapa hari sebelumnya ketika USDT diperdagangkan dengan diskon 1,5%. Tren ini terlihat sejak 19 Januari, setelah Bitcoin kembali menembus level $105.000.
Faktor Eksternal yang Memengaruhi Sentimen Pasar Kripto
Permintaan lemah di Tiongkok kemungkinan dipengaruhi oleh faktor eksternal, termasuk tanda-tanda perlambatan ekonomi global. Hal ini membuat investor menghindari aset berisiko. Selain itu, pelemahan saham-saham terkait kecerdasan buatan pada 27 Desember, yang dipicu oleh persaingan dengan perusahaan AI Tiongkok DeepSeek, turut memicu aksi jual.
Meski Bitcoin secara historis memiliki korelasi rendah dengan saham teknologi, meningkatnya ketidakpastian di pasar tradisional membuat trader mengurangi risiko.
Namun, bagi investor jangka panjang, prospek Bitcoin tetap dianggap positif. Dalam jangka panjang, aset langka seperti Bitcoin kemungkinan akan menjadi pilihan utama sebagai lindung nilai terhadap kebijakan inflasi bank sentral.