Hashprice Bitcoin Dekati Titik Terendah dalam Lima Tahun
Menurut data terbaru dari HashRate Index, Hashprice Bitcoin saat ini berada di dekat titik terendah dalam lima tahun terakhir. Kondisi ini menjadi pengingat nyata betapa sulitnya bisnis penambangan kripto saat ini.
Hashprice merupakan metrik penting yang digunakan untuk mengukur pendapatan penambang Bitcoin. Istilah ini merujuk pada pendapatan yang bisa diharapkan penambang per unit daya komputasi, biasanya dihitung per petahash per detik (PH/s). Meskipun dapat dinyatakan dalam Bitcoin maupun dolar AS, nilai ini umumnya dikutip dalam dolar untuk memudahkan perbandingan.
Saat ini, hashprice berada di level sekitar $44,00 per PH/s, hanya sedikit di atas titik terendah yang tercatat pada Agustus 2024, ketika harga Bitcoin menyentuh $49.000. Ironisnya, meskipun harga Bitcoin kini berada di sekitar $84.000, pendapatan penambang justru terus tergerus.
Turunnya pendapatan ini terjadi setelah peristiwa halving terbaru yang memangkas imbalan blok menjadi setengah. Selain itu, meningkatnya tingkat kesulitan penambangan, pendapatan transaksi yang lebih rendah, serta lonjakan biaya energi turut menekan margin keuntungan penambang.
Meski begitu, kondisi belum sepenuhnya suram. Pada kisaran $44,00 per PH/s, sejumlah penambang masih bisa bertahan di titik impas, tergantung pada jenis mesin yang digunakan. Namun, kondisi ini jauh dari masa kejayaan penambangan pada tahun 2021, ketika keuntungan masih melimpah.
Ke depan, kombinasi dari pasar yang melemah, harga Bitcoin yang stagnan, serta ketidakpastian geopolitik—termasuk kemungkinan tarif baru yang dapat memengaruhi operasi tambang—diprediksi akan menjadi tantangan tambahan bagi industri.
Tekanan ini juga tercermin dalam kinerja ETF penambang Bitcoin, Valkyrie Bitcoin Miners (WGMI), yang tercatat turun 50% sepanjang tahun ini, sementara harga Bitcoin hanya turun sekitar 10%. Perbedaan ini menunjukkan beban yang jauh lebih berat yang harus ditanggung oleh para pelaku industri penambangan.
Sebagai respons terhadap situasi ini, banyak penambang mulai mengalihkan kekuatan komputasi mereka ke sektor lain, seperti kecerdasan buatan, sebagai sumber pendapatan alternatif.