Hashrate Bitcoin Turun Tajam Setelah Capai Rekor Tertinggi
Hashrate Bitcoin mengalami penurunan tajam dalam sepekan terakhir, membalikkan tren kenaikan yang sebelumnya terjadi selama beberapa minggu. Data on-chain menunjukkan bahwa indikator utama yang mengukur total daya komputasi jaringan penambang ini sempat mencapai rekor tertinggi sebelum akhirnya merosot kembali ke level awal bulan ini.
Hashrate sendiri mengacu pada jumlah total kekuatan komputasi yang digunakan oleh para miner untuk memproses transaksi dan mengamankan jaringan Bitcoin. Kenaikan hashrate umumnya mengindikasikan meningkatnya optimisme para miner terhadap profitabilitas aktivitas penambangan, sedangkan penurunan dapat mengisyaratkan bahwa sebagian miner mulai kesulitan menutup biaya operasional dan memilih mematikan perangkat mereka.
Menurut grafik tren rata-rata hashrate 7 hari selama 12 bulan terakhir, lonjakan hasrate Bitcoin terjadi pada awal bulan ini dan mecapai all-time high (ATH), bersamaan dengan penurunan harga Bitcoin saat itu. Namun, setelah mencapai ATH, pertumbuhan hashrate mulai melambat dan akhirnya berbalik arah. Saat ini, hashrate telah turun mendekati level yang sama seperti awal April.
Menariknya, penurunan hashrate terjadi justru ketika harga Bitcoin sedang mengalami kenaikan signifikan. Saat artikel ini ditulis, harga Bitcoin berada di kisaran $92.700, naik lebih dari 9% dalam tujuh hari terakhir.
Miner mendapatkan sebagian besar pendapatan dari block subsidy, yaitu imbalan tetap dalam bentuk Bitcoin yang diberikan setiap kali sebuah blok berhasil ditambang. Karena jumlah BTC yang diterima tetap, variabel utama yang memengaruhi pendapatan penambang adalah harga Bitcoin dalam dolar AS. Oleh karena itu, saat harga naik, pendapatan pun meningkat, dan biasanya memicu ekspansi aktivitas penambangan.
Namun, tidak jarang para penambang melakukan ekspansi lebih awal dengan harapan harga Bitcoin akan segera naik, seperti yang diduga terjadi awal bulan ini. Ekspansi agresif tersebut juga menyebabkan meningkatnya mining difficulty (tingkat kesulitan dalam menambang blok baru) yang kini berada pada rekor tertinggi.
Kenaikan mining difficulty ini diyakini menjadi beban tambahan bagi sejumlah miner, terutama bagi yang memiliki margin keuntungan rendah. Dengan harga Bitcoin yang baru naik setelah mining difficulty melonjak, beberapa miner tampaknya tidak sanggup bertahan dan memilih menghentikan operasionalnya, yang berkontribusi terhadap penurunan drastis hashrate saat ini.