Industri Domain Tertinggal dari Revolusi Tokenisasi Aset Digital — Akankah Web3 Mengambil Alih?
Bayangkan seorang pemilik bisnis kecil memiliki domain premium seperti organic.shop. Ia mencoba menjualnya selama berbulan-bulan, tetapi tak juga menemukan pembeli dengan harga yang diinginkan.
Sementara itu, seseorang di belahan dunia lain bisa membeli sebagian kecil apartemen di Manhattan melalui real estate yang ditokenisasi — hanya dalam waktu lima menit.
Kontras ini menunjukkan ketimpangan besar dalam ekonomi digital kita. Saat pasar tokenisasi aset dunia nyata (Real World Assets/RWA) melaju menuju potensi pasar senilai $400 triliun, industri domain masih terjebak dalam likuiditas Web2 meski mengelola lebih dari 360 juta domain terdaftar dan segmen premium senilai $10 miliar.
Penolakan industri domain untuk mengadopsi tokenisasi akan menghancurkan miliaran nilai ekonomi dan memberikan dominasi pasar kepada sistem penamaan Web3 seperti Ethereum Name Service (ENS).
Sementara saham, properti, dan kredit karbon telah memanfaatkan likuiditas berbasis blockchain, domain berisiko menjadi “dinosaurus internet” yang tidak likuid.
Gelombang Tokenisasi yang Tidak Ditangkap oleh Domain
Tokenisasi telah merevolusi cara aset bernilai diperdagangkan di seluruh dunia. Nilai obligasi pemerintah yang ditokenisasi kini telah melampaui $7 miliar, menyediakan likuiditas instan bagi aset yang biasanya bergerak lambat.
Platform fractional ownership memungkinkan investor kecil membeli sebagian dari gedung pencakar langit Manhattan atau portofolio paten — sesuatu yang dulunya hanya dapat diakses oleh institusi besar.
Smart contract menghapus kebutuhan perantara seperti broker, escrow, dan dokumen fisik yang memperlambat transfer aset.
Penyelesaian transaksi kini terjadi dalam hitungan menit, bukan minggu. Pasar global pun beroperasi 24 jam sehari tanpa batas zona waktu.
Teknologi untuk mentransformasi perdagangan domain sebenarnya sudah tersedia. Pertanyaannya, mengapa industri yang dibangun di atas inovasi digital masih menerima gesekan analog?
Ekonomi Domain yang Kuno
Menjual domain hari ini terasa seperti kembali ke tahun 1999. Rata-rata transaksi domain memakan waktu 3 hingga 6 bulan. Broker memotong komisi 15%-30%, dibandingkan kurang dari 1% pada aset yang ditokenisasi.
Hambatan geografis dan modal membatasi pembeli potensial. Seorang pengusaha cemerlang di Lagos mungkin punya ide hebat untuk mengembangkan domain premium, tetapi tidak memiliki akses ke sistem pembayaran tradisional atau fasilitas kredit yang diminta broker.
Akibatnya, kurang dari 1% domain terdaftar diperdagangkan setiap tahun — menunjukkan ketidakefisienan besar dalam pasar bernilai ratusan miliar dolar.
Ironisnya, domain adalah aset digital murni yang seharusnya jauh lebih likuid dibanding properti fisik atau sekuritas kertas. Namun, nyatanya perdagangan domain jauh lebih lambat.
Harga Mahal dari Ketertinggalan Inovasi
Krisis likuiditas ini menciptakan efek domino yang menahan inovasi. Domain premium berisi nilai besar yang bisa mendorong kemajuan jika diintegrasikan ke infrastruktur keuangan modern.
Startup tak bisa menggunakan domain sebagai jaminan pinjaman DeFi karena sistem perbankan tradisional tidak mengakui aset digital.
Protokol DeFi pun tak bisa memverifikasi kepemilikan domain melalui sistem registrar lama.
Kesenjangan ini membatasi peluang wirausaha di bidang real estate digital.
Sebagai contoh, Voice.com terjual seharga $30 juta pada 2019, tetapi butuh waktu berbulan-bulan dan menutup peluang bagi investor kecil untuk ikut berpartisipasi melalui kepemilikan fraksional.
Sementara itu, sistem Web3 naming seperti ENS mulai populer karena menawarkan integrasi blockchain bawaan yang tidak dimiliki domain tradisional — solusi likuiditas dari desain, bukan tambalan.
Membangun Infrastruktur Domain Modern
Men-tokenisasi domain memerlukan penyelesaian tantangan teknis yang sudah berhasil diatasi oleh kategori RWA lainnya.
Kerangka dasarnya adalah mengonversi domain menjadi NFT yang dapat diperdagangkan, dengan tetap menjaga kepatuhan ICANN dan memungkinkan kepemilikan fraksional serta penyelesaian instan.
Likuiditas lintas-chain (cross-chain) akan memungkinkan perdagangan domain di jaringan seperti Ethereum, Solana, dan lainnya sesuai preferensi pengguna.
DAO (Decentralized Autonomous Organization) juga dapat memiliki domain premium bersama, menggunakan token tata kelola untuk mewakili kepemilikan fraksional dan hak suara.
Dari sisi regulasi, domain memiliki keunggulan karena sudah diakui secara global sebagai properti digital dengan kerangka hukum yang jelas di bawah ICANN dan hukum internasional.
Para pelaku awal tokenisasi domain akan meraih keuntungan besar dari efek jaringan (network effects). Registrar pertama yang menerapkan tokenisasi dengan benar akan menarik domain premium, yang pada gilirannya menarik trader dan investor.
Gangguan Pasar Sudah Dimulai
Industri domain mulai merasakan tekanan dari alternatif berbasis blockchain.
Sistem penamaan Web3 mulai diadopsi meskipun memiliki keterbatasan teknis — karena mereka menawarkan likuiditas yang diabaikan domain tradisional.
Modal investasi kini mengalir ke aset tokenisasi dengan kepemilikan fraksional dan integrasi DeFi.
Hal ini menciptakan biaya peluang besar bagi investor yang masih mempertahankan domain premium tanpa kemampuan serupa.
Platform domain tradisional pun menghadapi risiko disrupsi dari alternatif blockchain yang menawarkan pengalaman pengguna lebih baik.
Keunggulan first mover dalam tokenisasi domain akan sulit ditandingi ketika preferensi pasar bergeser ke aset digital yang lebih likuid.