
Kasus Antitrust Meta Berpotensi Hambat Pengembangan AI dan Akses Data Global
Meta, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Messenger, tengah menghadapi gugatan antitrust yang berpotensi membatasi kemampuannya dalam mengembangkan kecerdasan buatan (AI), terutama di tengah persaingan ketat di sektor ini.
Gugatan ini pertama kali diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC) pada tahun 2021. FTC menuduh bahwa strategi Meta dalam mengakuisisi perusahaan lain—alih-alih bersaing secara langsung—melanggar hukum antitrust. Jika pengadilan memutuskan Meta bersalah, perusahaan bisa dipaksa untuk memisahkan platform-platform besarnya menjadi entitas independen.
Kehilangan jaringan media sosial seperti Instagram dan WhatsApp dapat melemahkan posisi Meta, tidak hanya dalam pasar media sosial, tetapi juga dalam hal pengembangan model AI seperti Llama yang mengandalkan data dari platform-platform tersebut.
Proses hukum ini diperkirakan berlangsung antara beberapa bulan hingga satu tahun, namun dampaknya terhadap posisi Meta dalam perlombaan AI akan bertahan lama.
Kasus Antitrust Meta dan Dampaknya pada AI
FTC mulai menyelidiki Meta sejak 2020, ketika perusahaan masih bernama Facebook. Dalam keluhan yang diperbarui pada 2021, FTC menuduh Meta menggunakan taktik ilegal “buy-or-bury” terhadap kompetitor kreatif setelah gagal mengembangkan fitur mobile yang inovatif. Strategi ini menciptakan monopoli dalam pasar media sosial "teman dan keluarga.”
CEO Meta, Mark Zuckerberg, membela perusahaannya saat sidang pertama pada 14 April. Ia menyatakan bahwa hanya 20% konten di Facebook dan 10% di Instagram yang berasal dari teman pengguna, dan bahwa karakter media sosial telah berubah seiring waktu.
Meta menyebut tuduhan FTC sebagai "sejarah versi baru" dan menegaskan bahwa akuisisi Instagram dan WhatsApp telah memberi manfaat besar bagi pengguna, sembari menunjukkan bahwa kompetisi kuat masih ada lewat YouTube dan TikTok.
Jika pengadilan memutuskan Meta bersalah, perusahaan mungkin dipaksa memisahkan layanan seperti Instagram dan WhatsApp. Menurut Jasmine Enberg dari eMarketer, hal ini bisa menghilangkan keunggulan kompetitif Meta, terutama dalam menjangkau kalangan muda.
Implikasi pada Pengembangan AI dan Akses Data
Putusan tersebut juga akan berdampak pada akses Meta terhadap data publik dari platform-platformnya, yang digunakan untuk melatih model AI. Pada Juli 2024, Meta menghentikan peluncuran model AI di Uni Eropa akibat ketidakpastian regulasi setelah digugat oleh kelompok privasi None of Your Business di 11 negara.
Namun, pada 14 April, Meta diberi izin untuk kembali menggunakan data publik dari pengguna dewasa, seperti postingan dan komentar, untuk melatih modelnya. Jika layanan seperti Instagram dan WhatsApp menjadi perusahaan mandiri, Meta akan kehilangan akses data penting, kecuali mereka menegosiasikan perjanjian berbagi data baru yang tunduk pada audit dan regulasi ketat.
Pengacara siber Andrew Rossow menambahkan bahwa masing-masing perusahaan baru kemungkinan akan mengelola datanya sendiri, dan Meta hanya bisa mengakses data jika ada kesepakatan baru yang lolos uji hukum dan privasi.
Meski demikian, Meta masih memiliki data dari Facebook dan Messenger, serta dapat menggunakan data yang diberikan secara sukarela oleh pengguna (opt-in), data sintetis, dan sumber terbuka.
Perlombaan AI dan Isu Etika Data
Persaingan melawan OpenAI semakin ketat. Meta merilis Llama 4, model open-source, dan berinvestasi dalam pusat data senilai 2 gigawatt dengan lebih dari 1,3 juta GPU Nvidia.
Zuckerberg mengatakan bahwa tahun 2025 akan jadi tahun penentu AI, dengan Meta AI ditargetkan melayani lebih dari 1 miliar pengguna. Proyek ini bersaing dengan investasi besar seperti Stargate senilai $500 miliar dari OpenAI dan SoftBank.
Namun, persaingan ini membuat perusahaan AI mencari data secara agresif, termasuk praktik meragukan seperti mengambil data dari buku bajakan di LibGen, seperti diungkap dalam dokumen pengadilan terhadap Meta.
Rossow menyarankan Meta agar berinvestasi pada sistem pengumpulan data yang bertanggung jawab, audit ketat, dan teknologi privasi berbasis enkripsi demi membangun kepercayaan jangka panjang dan kepatuhan hukum.
Dampak Putusan FTC Terhadap Industri Teknologi
Litigasi terhadap raksasa teknologi seperti Google, Amazon, dan Meta bisa menentukan bagaimana hukum antitrust akan diterapkan di era digital. Kasus ini bisa menandai kesiapan pengadilan untuk membubarkan konglomerasi teknologi jika terbukti menghambat persaingan, sekaligus menyelaraskan hukum lama dengan realitas dunia maya modern.