Kesulitan Mining Bitcoin Turun, Tapi Hashrate Kembali Naik ke Rekor Tertinggi
Kesulitan mining Bitcoin (BTC) turun menjadi 146,7 triliun pada Jumat (18/10), meskipun hashrate jaringan yaitu total daya komputasi yang digunakan untuk mengamankan protokol Bitcoin mencapai rekor tertinggi lebih dari 1,2 triliun hash per detik.
Menurut data CoinWarz, tingkat kesulitan mining Bitcoin turun sekitar 2,7ri rekor sebelumnya yaitu 150,8 triliun, yang terjadi pada periode penyesuaian sebelumnya.
Namun, data CryptoQuant menunjukkan bahwa hashrate jaringan justru mencetak rekor baru pada Selasa lalu dan tetap berada di atas level 1,2 triliun meskipun sempat mengalami sedikit penurunan. CoinWarz juga memperkirakan:
Penyesuaian kesulitan berikutnya diperkirakan terjadi pada 29 Oktober 2025 pukul 08:14:49 AM UTC, dengan peningkatan kesulitan mining Bitcoin dari 146,72 T menjadi 156,92 T, yang akan berlangsung dalam 1.474 blok berikutnya.
Naiknya hashrate ini menandakan bahwa para penambang harus mengeluarkan lebih banyak daya komputasi untuk menambahkan blok baru ke blockchain Bitcoin. Kondisi ini memperberat tekanan terhadap para penambang yang sudah berjuang menghadapi kebijakan perdagangan global, pengurangan hadiah blok (block rewards), serta persaingan yang semakin ketat.
Penambang Beralih ke Sumber Pendapatan Alternatif
Perusahaan-perusahaan mining kripto kini mulai mencari sumber pendapatan tambahan di luar penambangan Bitcoin untuk menutupi kekurangan profit, seperti dengan membangun pusat data AI (Artificial Intelligence) dan layanan komputasi performa tinggi (HPC).
Beberapa perusahaan besar seperti Core Scientific, Hut 8, dan IREN telah mengalokasikan sebagian sumber daya mereka ke pusat data AI sejak 2024, guna meningkatkan profit sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan dari mining kripto.
Namun, langkah ini juga menimbulkan kompetisi baru antara industri penambangan dan penyedia infrastruktur AI, karena keduanya sama-sama membutuhkan pasokan energi besar dan akses terhadap sumber daya energi murah untuk menjaga efisiensi operasional.
Regulasi dan Rantai Pasok
Meskipun ada diversifikasi, industri mining masih dihadapkan pada tantangan regulasi dan masalah rantai pasok global. Salah satu penyebab utama adalah kebijakan tarif dagang besar-besaran dari Presiden AS Donald Trump, yang membuat harga perangkat keras mining di beberapa yurisdiksi meningkat signifikan.
Tarif tersebut menempatkan penambang di wilayah yang terkena dampak dalam posisi kurang kompetitif, karena mereka harus membeli perangkat dengan harga lebih mahal dibanding penambang di wilayah tanpa tarif impor.
Selain itu, ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok yang terus meningkat bisa memperburuk situasi. Jika diberlakukan pembatasan ekspor terhadap chip, prosesor komputer, dan komponen elektronik lainnya, para penambang akan semakin kesulitan memperoleh perangkat keras yang mereka butuhkan untuk menjaga efisiensi mining.