Partai America Bentukan Elon Musk Dukung Bitcoin, tapi Hadapi Tantangan Partai Ketiga
Ketegangan antara CEO Tesla Elon Musk dan Presiden AS Donald Trump memuncak pada 5 Juli lalu, ketika Musk mengumumkan pembentukan Partai America, sebuah partai politik independen yang katanya fokus pada Bitcoin dan kebijakan moderat.
Langkah ini dipicu oleh pengesahan RUU One Big Beautiful Bill oleh Kongres, yang menurut Musk bertolak belakang dengan janji awal pemerintahan Trump untuk mengurangi pengeluaran negara.
Partai America sendiri belum memiliki kongres resmi atau platform kebijakan yang jelas. Sejauh ini, hanya diketahui bahwa Musk menyuarakan dukungan terhadap Bitcoin, kebijakan deregulasi, pengurangan belanja pemerintah, dan nilai-nilai sentris.
Dukungan Terhadap Bitcoin Masih Abu-abu
RUU Trump yang menuai kontroversi meningkatkan batas utang pemerintah federal sebesar $5 triliun, memberikan insentif pajak bagi kalangan elite 1%, serta memangkas program bantuan sosial seperti SNAP dan Medicaid.
RUU ini juga memangkas investasi untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan — sektor yang selama ini jadi fokus utama Tesla. Sebagai reaksi, Musk memilih mendirikan partai politiknya sendiri.
Namun, sampai saat ini belum ada kepastian soal seberapa besar dukungan nyata Partai America terhadap Bitcoin. Musk hanya menyebut hal itu secara umum, tanpa penjelasan konkrit. Beberapa gagasan partai bahkan diposting ulang dari akun komunitas penggemar Tesla di X.
Visi Partai: AI, Deregulasi, dan Pro-Kelahiran
Beberapa ide platform yang diangkat komunitas pendukung Musk antara lain:
-
Reformasi militer dengan robot dan AI,
-
Deregulasi sektor energi,
-
Dukungan terhadap kebebasan berpendapat, dan
-
Gerakan pro-natalis untuk mengatasi penurunan angka kelahiran global.
Namun hingga kini, belum ada entitas hukum atau situs resmi Partai America. Musk bahkan masih meminta saran publik di X soal lokasi kongres pertama partai ini.
Sejarah Membuktikan Partai Ketiga Sulit Bertahan
Meskipun Musk terkenal sebagai pelopor eksplorasi luar angkasa, ia bukan orang pertama yang mencoba membentuk partai ketiga di AS.
Sejarah AS telah mencatat berbagai partai alternatif seperti Partai Populis, Partai Progresif, dan Partai America versi lama yang sempat diwakili George Wallace dalam pemilu 1968. Baru-baru ini, Andrew Yang juga mencoba lewat Partai Forward yang pro-crypto, namun gagal memperluas pengaruh.
“Sangat kecil kemungkinannya partai besar baru bisa terbentuk,” ujar Collin Anderson, dosen ilmu politik di University at Buffalo. “Sistem politik AS secara struktural mendukung hanya dua partai besar.”
Namun, Anderson juga menambahkan bahwa pecahnya basis pendukung MAGA setelah Trump pensiun dari dunia politik bisa membuka celah bagi tokoh seperti Musk untuk masuk ke arena.
Musk Bisa Jadi “Kacaukan Permainan” untuk Partai Republik
Kolumnis Bloomberg, Francis Wilkinson, menyebut strategi Musk untuk fokus pada distrik-distrik Kongres yang rentan bisa berhasil dalam jangka pendek. Namun, tanpa mengubah sistem pemilu AS secara struktural, pengaruh jangka panjangnya diragukan.
“Meskipun gagal secara permanen, Musk tetap bisa menciptakan kekacauan besar bagi Partai Republik,” kata Wilkinson. “Ia punya popularitas tinggi, mikrofon kapan saja, dan uang dalam jumlah besar.”
Politik Bisa Rugikan Bisnis Musk
Meskipun para penggemar Tesla antusias dengan langkah politik Musk, para mitra bisnisnya justru khawatir. CEO Azoria, James Fishback, menunda peluncuran ETF Tesla karena konflik kepentingan:
“Partai politik justru merusak misi Tesla,” katanya.
Saham Tesla juga anjlok setelah pengumuman Musk soal ambisi politiknya. Selama setahun terakhir, saham perusahaan ini terus melemah seiring meningkatnya aktivitas politik Musk dan citra Tesla yang semakin dikaitkan dengan pemerintahan Trump.