
Apa itu Aset Digital? Ini Penjelasan Sederhananya!
Aset digital menjadi populer beberapa tahun terakhir ini, seiring dengan berkembangnya teknologi blockchain dan cryptocurrency. Tapi, tahukah Anda bahwa aset digital sebenarnya telah ada sejak masa awal komputer dan telah digunakan baik dalam lingkungan pribadi maupun bisnis selama beberapa dekade.
Tapi, kemunculan internet, smartphone, dan teknologi lainnya membuat aset digital berevolusi, dan menjadikannya lebih mudah diakses oleh orang-orang di seluruh dunia.
Apa Itu Aset Digital?
Aset digital memiliki definisi yang sangat luas. Ini mewakili aset apa pun yang ada dalam bentuk digital dan Anda sebagai pemilik memiliki hak atas penggunaannya. Misalnya, Foto yang Anda jepret. Itu disimpan dalam format digital, dan Anda memiliki hak penggunaan sebagai fotografer, sehingga Anda dapat menerbitkannya di situs web atau menjualnya.
Aset digital dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu aset digital tradisional, dan aset kripto.
Contoh aset digital termasuk:
File teks
Gambar-gambar
Video
File audio
File grafis
PDF
Slide decks
Spreadsheet
Code file (seperti HTML, CSS, JavaScript, Python, dll)
Sementara contoh aset kripto adalah cryptocurrency (seperti Bitcoin, altcoin, stablecoin) dan token, seperti NFT.
Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan kriptografi dan berjalan pada jaringan blockchain dan terdesentralisasi. Sementara NFT adalah aset aset digital unik. Menariknya, NFT bisa berupa aset digital traditional (seperti foto atau video) yang dikonversi melalui proses minting atau pencetakan.
Berbicara soal crypto, Anda mungkin sering mendengar istilah coin dan token crypto. Keduanya sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya merujuk pada konsep yang berbeda.
Coin adalah aset asli dari blockchain, dan digunakan orang untuk melakukan transaksi di jaringan blockchain masing-masing. Contoh utama coin adalah Bitcoin, atau BTC. Fitur umum coin adalah berjalan di blockchain mereka sendiri, bisa berfungsi sebagai uang digital, dan bisa ditambang.
Di lain sisi, token crypto adalah aset digital yang mewakili utilitas. Ini tidak memiliki blockchain sendiri dan dikeluarkan di atas jaringan yang ada. Namun mereka memiliki tujuan penting, misalnya digunakan untuk mengumpulkan dana atau memberikan akses ke layanan tertentu. Contoh token adalah MANA, yang bisa digunakan untuk transaksi dalam game Decentraland.
Jumlah Aset Digital Traditional Vs. Aset Kripto
Bisnis atau perusahaan seringkali memiliki banyak aset digital. Itu karena banyak dari mereka lebih memilih menyimpan dokumen dalam bentuk digital, daripada menggunakan kertas, dengan tujuan untuk mempercepat proses bisnis. Selain itu, banyak juga arsip telah diproses menjadi bentuk digital.
Karena itulah aset digital traditional memiliki jumlah yang hampir tak terbatas, dan siapa pun bisa membuat salinan dan menyimpannya. Keberadaan mereka hanya dibatasi oleh ruang penyimpanan digital global yang kita miliki.
Mengenai aset kripto, saat ini ada lebih dari 22,932 cryptocurrency yang diperdagangkan, menurut data Coinmarketcap. Dari semua itu, crypto yang paling terkenal dan paling berharga adalah Bitcoin.
Tapi, di beberapa negara, Bitcoin diklasifikasikan sebagai komoditas, contohnya di Indonesia. Komoditas adalah barang dasar yang dapat dipertukarkan dengan barang lain yang sejenis, dan bisa dibeli atau dijual melalui bursa berjangka.
Sementara itu, El Salvador telah mengakui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, artinya ini adalah bentuk uang resmi.
Manajemen Aset Digital Traditional Vs Aset Kripto
Perbedaan besar antara aset digital traditional dan aset kripto dalam hal manajemen adalah pada sistem yang digunakan. Aset digital tradisional memerlukan sistem penyimpanan yang bisa diakses dengan mudah oleh banyak orang. Ada banyak layanan cloud yang menyediakan sistem manajemen aset digital semacam ini, termasuk Google Drive, Dropbox, dan Sharepoint.
Di sisi lain, aset kripto memerlukan pengaturan yang berbeda secara fundamental. Aset kripto memiliki sistem yang aksesnya selalu dibatasi, dan aset hanya dapat dipindahkan melalui persetujuan berbagai pihak. Alasan utamanya adalah transaksi aset kripto tidak dapat dibatalkan, sehingga aksesnya 'sengaja dipersulit' untuk melindungi pemiliknya dari potensi kerugian atau pelanggaran.
Contoh sistem penyimpanan aset kripto adalah penyedia layanan kustodian seperti Coinbase Custody, BitGo, Fireblocks, dan Gemini Custody.