FTX Batalkan Gugatan Pembatasan Pembayaran untuk Negara Tertentu, Tapi Bisa Diajukan Kembali
Kasus kebangkrutan FTX, bursa kripto yang kini sudah tidak beroperasi, kembali mencuri perhatian. Kali ini, FTX Recovery Trust lembaga yang menangani aset kebangkrutan FTX menarik kembali permohonannya untuk membatasi pembayaran kepada kreditur di sejumlah negara yang disebut sebagai restricted foreign jurisdictions (wilayah asing terbatas).
Dalam pemberitahuan yang diajukan pada Senin (waktu AS), FTX Recovery Trust menyatakan telah mencabut permintaan tersebut tanpa prasangka hukum (without prejudice) yang berarti gugatan ini dapat diajukan kembali di masa mendatang.
Jika di kemudian hari FTX Recovery Trust bermaksud untuk memperbarui permohonan ini, maka permintaan baru akan diajukan sesuai aturan yang berlaku, tulis pihak FTX dalam pemberitahuan resminya.
Permohonan pembatasan ini pertama kali diajukan pada Juli 2025, dengan tujuan meminta izin pengadilan untuk membekukan pembayaran bagi kreditur dari 49 negara, termasuk Tiongkok, Arab Saudi, Rusia, dan Ukraina, dengan alasan ketidakjelasan atau pembatasan hukum kripto lokal di wilayah tersebut.
Kreditur: Jangan Terlalu Cepat Merayakan
Meski keputusan FTX dianggap sebagai kemenangan besar bagi para kreditur, beberapa pihak memperingatkan agar tidak cepat puas.
Weiwei Ji, salah satu kreditur FTX yang dikenal dengan nama Will di platform X (Twitter), menulis:
Ini memang kemenangan bagi semua kreditur yang terdampak. Tapi sampai kamu benar-benar menerima kompensasi yang dijanjikan, tetaplah waspada dan bersatu.
Penarikan gugatan ini terjadi setelah gelombang penolakan besar-besaran dari para kreditur, dengan lebih dari 70 keberatan resmi diajukan ke pengadilan kebangkrutan hanya dalam beberapa minggu setelah permohonan diserahkan.
Pada bulan Juli, Ji sempat memperingatkan bahwa jika pengadilan menyetujui permohonan FTX untuk membatasi pembayaran ke negara tertentu, hal itu dapat menjadi preseden berbahaya bagi kasus kebangkrutan kripto di masa depan.
Gugatan ini bukan hanya soal FTX, tetapi juga menyangkut kepercayaan terhadap ekosistem kripto global, tulisnya saat itu.
Nilai Pembayaran FTX Masih Jadi Sorotan
Sementara itu, Sunil Kavuri, salah satu perwakilan utama kreditur FTX, memperingatkan bahwa nilai kompensasi yang diterima para kreditur mungkin jauh lebih kecil dari yang diharapkan, karena pembayaran dilakukan dalam mata uang fiat (dolar AS), bukan dalam bentuk aset kripto.
Kreditur FTX belum benar-benar dipulihkan secara penuh, tulis Kavuri di platform X.
Rencana pembayaran 143lam fiat tidak mencerminkan kerugian sebenarnya jika dihitung berdasarkan nilai kripto saat ini.
Dengan volatilitas tinggi di pasar kripto, pembayaran dalam fiat dianggap tidak sepadan dengan nilai aset digital yang hilang ketika FTX bangkrut pada tahun 2022.